Bali, NextID – Kementerian Luar Negeri RI pada tanggal 21 dan 22 Juni 2022 telah menyelenggarakan pertemuan dengan para pemangku kepentingan terkait, termasuk pembuat kebijakan, perwakilan RI di luar negeri, asosiasi, dan pelaku usaha. Kegiatan bertujuan untuk bertukar pikiran dan menciptakan pemahaman yang lebih baik mengenai potensi komoditas kopi asal Indonesia.
Kegiatan bertajuk menjaring masukan tersebut bertujuan untuk menyinerjikan diplomasi kopi Indonesia dalam kerangka peningkatan komoditas kopi berkelanjutan dan berdaya saing. Kegiatan ini didasarkan oleh semakin ketatnya persaingan kopi dan persyaratannya untuk masuk ke pasar global, termasuk persyaratan sertifikasi berkelanjutan.
Pada saat yang sama, Indonesia masih berupaya untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar global dengan memberikan nilai tambah ekonomi komoditas kopi Indonesia melalui instrumen perlindungan Kekayaan Intelektual, dalam hal ini Indikasi Geografis (IG).
Dalam menyampaikan keynote speech Dirjen Kerjasama Multilateral, Dubes Tri Tharyat menekankan pentingnya arah kebijakan yang tepat dan sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait dalam pengembangan sektor kopi.
Langkah yang dapat dilakukan, menurutnya mencakup (i) pemanfaatan keanggotaan Indonesia di berbagai organisasi internasional terkait pengembangan ekspor kopi; (ii) peningkatan kemitraan antara industri, eksportir dan petani; (iii) peningkatan citra kopi Indonesia; dan (iv) peningkatan sinergi market intelligence antara perwakilan RI di luar negeri dengan pemangku kepentingan terkait
Webinar yang dibuka resmi oleh Direktur Perdagangan, Perindustrian, Komoditas dan Kekayaan Intelektual (PPKKI), Antonius Yudi Triantoro menyampaikan, kegiatan “Jaring Masukan” merupakan inisiatif Kementerian Luar Negeri untuk membawa Indonesia menjadi pemain utama dalam rantai perdagangan komoditas kopi dunia dan meningkatkan citra dan daya saing kopi Indonesia di pasar global.
Meningkat Pesat
Bagas Hapsoro, Dubes LBBP RI untuk Swedia dan Latvia periode 2016-2020 menyatakan, masyarakat Indonesia termasuk mengalami peningkatan pesat dalam minum kopi. Mengutip data International Coffee Organization (ICO), Indonesia mengalami lonjakan permintaan kopi. Sementara kebutuhan domestik bertambah 45%, permintaan ekspor ke luar negeri naik 26%.
”Dari jenis kopi yang digemari tersebut pelan-pelan mengerucut ke kopi spesialti. Di sini ada pilar sustainability-nya, yakni ramah lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan secara keilmuan dapat dapat dilacak asal usulnya, aman dan bernilai,” beber Bagas.
Contoh konkrit, menurutnya, yang dapat dibuktikan adalah pengakuan lembaga studi penelitian Jerman GIZ. Kopi Arabika Bali Kintamani mendapatkan pengakuan global karena kekhasan yang didapatkan di ketinggian 900 m di atas permukaan laut.
”Ini contoh penanaman yang menghormati lingkungan hidup dan praktek tradisi yang diwariskan oleh petani Subak Abian. Maka tak heran Kintamani sebagai tujuan agrowisata, ya karena ada aspek keberlanjutan dan indikasi geografisnya,” tandasnya.
Bagas mengingatkan, saat ini diperlukan pemetaan kembali negara-negara yang merupakan niche market. Artinya, target atau segmen pasar yang cukup spesifik dari bagian pasar yang lebih besar. “Demikian juga dengan kopi spesialti, karena ada negara-negara tertentu yang mayoritas rakyatnya merupakan peminum kopi premium,” ujarnya.
“Bila dibandingkan dengan negara pengekspor kopi lainnya Indonesia mempunyai story lines yang lebih banyak. Di samping single originsnya lebih dari 20, kopi juga tidak bisa dilepaskan dari perjalanan gastronomi Nusantara yang terkenal,” Bagas memberi contoh.
G20 dan Kopi Spesialti
Bagas mengatakan, selama rangkaian pertemuan G20 berlangsung Indonesia juga dapat menunjukkan keistimewaan kopi premium dan kopi spesialitinya ke perkebunan kopi kepada para mitra G20.
Dalam kesimpulan Webinar yang disampaikan Sekretaris Ditjen Informasi Diplomasi Publik (IDP) Kementerian Luar Negeri, Tika Wihanasari, disampaikan, pentingnya sinergi, koordinasi dan dukungan seluruh stakeholders, terkait untuk memajukan dan mengembangkan sektor kopi Indonesia. “Sinergi dan kerjasama jangka panjang antara pemerintah dan sektor swasta juga penting untuk diimplementasikan,” ujarnya.
Kegiatan Webinar berjalan dengan baik dengan partisipasi aktif dari sekitar 180 peserta yang hadir secara virtual maupun fisik di Bali. Hasil diskusi dan masukan dalam kegiatan bermanfaat untuk menjadi bahan rujukan bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan di sektor kopi Indonesia. (Sumber: Kementerian Luar Negeri)