Home / LifeStyle / Leisure / Corp / Diplomat Selalu Dinamis Hadapi Tantangan Jaman
Acara berjudul ”Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara” itu mendengarkan paparan dari 2 (dua) diplomat senior, yakni Dubes Prayono Atiyanto dari Kemlu dan Niniek Kun Naryati, Dubes RI untuk Argentina merangkap Uruguay dan Paraguay. Ist

Diplomat Selalu Dinamis Hadapi Tantangan Jaman

Jakarta, NextID – Niniek Kun Naryati, Dubes RI untuk Argentina merangkap Uruguay dan Paraguay dalam Webinar menyampaikan, ”Diplomat tidak bekerja di ruang hampa, harus mensinergikan berbagai pelaku dan kepentingan di dalam negeri dan mempresentasikan di negara sahabat.”

“Dalam menjawab tantangan jaman tetap berpedoman pada amanah konstitusi dan kepentingan nasional, serta mematuhi rambu-rambu hubungan internasional,” lanjut Dubes Niniek pada Webinar ”Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara,” yang digelar Fakultas Ilmu-llmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) pada Jumat (23/4). Ini sekaligus diskusi buku tersebut tentang pengalaman diplomat di lapangan.

Menanggapi pertanyaan pembahas tentang alasan tersebut di atas, Niniek menyatakan, lingkup politik luar negeri semakin beragam: kerjasama antar negara di berbagai bidang, hingga perlindungan warga negara. Sedangkan fungsi diplomat sangat tegas yaitu: representing, negotiating, reporting, promoting and managing.

Acara berjudul ”Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara” itu mendengarkan paparan dari 2 (dua) diplomat senior, yakni Dubes Prayono Atiyanto dari Kemlu dan Niniek Kun Naryati, Dubes RI untuk Argentina merangkap Uruguay dan Paraguay.

Mengawali paparannya, Prayono Atiyanto, Dubes/Ahli Utama Kemlu menyatakan, semua penulis para diplomat lulusan Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) adalah alumnus Angkatan X pada tahun 1984.

Dalam perjalanan kariernya Angkatan X tersebut telah mendapat amanah memegang berbagai jabatan di Kemlu dan Perwakilan. Buku Diplomasi yang diberikan kata sambutan oleh Menlu Retno Marsudi itu ditulis oleh 17 (tujuh belas) diplomat senior dan dibantu ilustrasi dan penyunting bahasa oleh 2 (dua) diplomat senior lainnya.

Di akhir paparannya, mantan Dubes RI untuk Azerbaijan ini menyatakan 4 (empat) pesan. Pertama, angka statistik itu penting, yaitu indikator pelaksanaan diplomasi politik, ekonomi, sosial budaya, perlindungan WNI. Kedua ,”You will never walk alone,” artinya diplomasi adalah kerja bersama pemerintah pusat dan daerah – masyarakat madani – swasta – akademisi- diaspora Indonesia di luar negeri. Ketiga, kinerja harus bisa diukur dan dipertanggungjawabkan. Keempat, integritas dan NKRI adalah harga mati. Diplomasi ditujukan untuk kepentingan rakyat.

Yang menarik, para pembahas dari Universitas Indonesia memberikan pandangan yang bervariasi dan menambah bobot diskusi. Dr. Asra Vergianita, Ketua Jurusan HI menyatakan, beragamnya bidang tugas yang ditangani diplomat membuat spektrum pengalaman dan pengetahuan seseorang diplomat menjadi luas: mulai dari politik, ekonomi sampai perlindungan.

Selanjutnya Dr. Nurul Isnaeni menyoroti tentang peranan LSM khsusnya pekerja migran Indonesia (PMI) perlu diberikan highlight tersendiri mengingat jasa mereka untuk membantu perekonomian keluarganya di Indonesia.

Pembahas lainnya Dr. Eddy Prasetyono antara lain menyampaikan tentang pentingnya kategorisasi dalam pembagian tugas diplomat. Dimulai dari diplomasi ekonomi, diplomasi perlindungan, diplomasi kebudayaan, diplomasi keamanan, dan sebagainya.

Diplomat Perlu Pantau Kondisi Lapangan

Menurut Niniek, pada krisis  di Ukraina, ternyata Perwakilan RI tidak bisa mengandalkan laporan semata-mata dari sumber terbuka, yaitu dari berita lokal atau regional, namun juga perlu memeriksa sendiri validitasnya di lapangan. Untuk itu diperlukan jejaring yang kuat dari semua pemangku kepentingan.

”Ketika kendala di lapangan sangat sulit seperti bahasa, kepentingan dua kubu yang bertikai dan akses resmi ditutup, maka mau tidak mau harus mencari sumber berita secara langsung dengan memanfaatkan kedekatan dengan semua pihak,” ujarnya.

Diakhir paparan Niniek menyampaikan, Konflik Ukraina yang semula merupakan ketidakstabilan politik internal bereskalasi menjadi krisis internasional. Indonesia tetap konsisten menjalankan politik luar negerinya yang ditujukan untuk terciptanya perdamaian.

Diskusi yang diikuti ratusan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik khususnya jurusan hubungan internasional ini juga membahas tentang kebijakan luar negeri dan capaian diplomasi ekonomi yang dijalankan oleh Kementerian Luar Negeri.

Para penulis Buku lain antara lain Agus Sriyono, Darmansjah Djumala, Bagas Hapsoro dan E.D. Syarief Syamsuri juga memberikan tanggapan terhadap pertanyaan pada buku Diplomasi termaksud. Mereka sepakat memberikan penghargaannya UI yang telah memberikan kajian mendalam terhadap materi dan format buku.  

M.G. Hendra Henny Andries da Lopez sebagai salah satu penulis menyatakan, tujuan penyusunan buku Diplomasi adalah dilandasi oleh keinginan para penulis untuk berbagi pengalaman di lapangan. Salah satu lesson-learned yang dapat dipetik dari tulisan tersebut Perwakilan mencarikan kesempatan kerja di kedutaan besar lain bagi local-staff yang terpaksa harus dihentikan kontraknya karena tidak tersedianya anggaran. Upaya ini berhasil dan langkah ini merupakan bagian dari tugas dan fungsi diplomat yang menyangkut aspek protecting dan managing.

Antusias Mahasiswa

Antusiasme mahasiswa UI terlihat dari pertanyaan langsung dan yang tertera dalam kolom chat. Umumnya adalah pertanyaan tentang tantangan dalam menjalankan  fungsi diplomat, asimilasi budaya suku Jawa di Kaledonia Baru, kelapa sawit, problem lingkungan hidup, dan isu persenjataan nuklir. Pada umumnya para peserta menyatakan, buku diplomasi ini dapat  memperluas wawasan pembaca melalui tulisan yang menguraikan fakta di lapangan. Informasi tersebut diolah dan dianalisis, sehingga mencerminkan keluasan dan kedalaman pemikiran.

Dekan Fisip UI Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc  menyatakan, kegiatan berbagi pengalaman ini sangat relevan dengan program studi Fisip karena jurusan hubungan internasional juga mendalami masalah tersebut dari aspek teori. Diharapkan pengalaman para diplomat senior dapat menambah bobot materi yang diajarkan di UI. Selanjutnya Arie mengusulkan agar kegiatan kolaborasi antara para diplomat dengan akademisi dapat terus dilakukan.  (Sumber: Reny Sahetappy)

About Gatot Irawan

Check Also

Tingkatkan Inklusi Keuangan Lewat Aneka Produk Digital

Jakarta, NextID – Aplikasi digital ternyata dapat membantu dalam pengelolaan keuangan pribadi dan bisnis secara …

Leave a Reply