Jember Fashion Carnaval 2015
Karnaval Kelas Dunia
Ribuan warga Jember, Jawa Timur datang berduyung-duyung memenuhi alun-alun Jember untuk menyaksikan acara akbar tahunan Jember Fashion Carnaval 2015. Tidak peduli, sinar mentari yang terik, mereka berjejer rapi di pinggir jalan protokoler kota Jember yang siang itu berubah menjadi tempat catwalk untuk para defile. Masyarakat Jember sangat antusias untuk melihat karnaval JFC 2015 yang telah mengharumkan nama Jember ke seantero Indonesia.
Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC) Dynand Fariz mengatakan acara karnaval busana tahun ini akan mengangkat konsep baru yaitu “Out Frame”. Kami menyelenggarakan acara JFC tahun ini mulai dari tanggal 25-30 Agustus. Dari segi kostum, JFC 2015 memiliki 10 tema, antara lain Majapahit, Ikebana, Fosil, Pegasus, Circle, Egypt, Melanisia dan Reog. “Dengan tema Out Frame, kami ingin merubah sesuatu yang konvensional menjadi yang di luar batas,” katanya seperti dilansir Antara, Kamis (24/9).
Secara teknis, JFC 2015 menggunakan tribune untuk kelas VIP dan akan berlangsung selama empat hari. Parade karnaval anak akan digelar pada 27 Agustus dan diikuti 450 anak yang berusia 4,5 tahun hingga 12 tahun. JFC juga menghadirkan karnval busana dari daerah lain seperti Bali dan Kalimantan. Tahun lalu, JFC mendatangkan 400-500 ribu penonton. Tahun ini, JFC 2015 akan ditonton lebih dari 500 ribu orang. Pelaksanaan JFC 2015 juga tidak luput dari pantauan media. Ada 3.711 media termasuk kantor berita dunia yang mendaftar untuk meliput JFC 2015. “Kami berusaha menemukan inovasi-inovasi baru di setiap tahunnya, dari sisi kostum, detail, hingga karakter treatrikal, pokoknya kami menjanjikan sesutau yang berbeda dari tahun kemarin,” kata Dynand.
Dynand Fariz mengatakan ada sebanyak 90 persen talent berasal dari Kota Jember sendiri dan sisanya memakai model-model profesional. Bahkan, Dynand turun langsung menggunakan kostum megah bertema Majapahit nantinya. Ia mengatakan JFC 2015 dibuat lebih teatrikal. Misalnya, dalam tema Majapahit akan terbagi tiga sekuen cerita. Sekuen pertama adalah barisan pengawal kerajaan. Kapolres Jember akan ikut serta dan berperan sebagai Bupati Gajah Mada. Kemudian barisan kedua adalah keluarga kerajaan dan para polisi akan memakai kostum pangeran dan raja-raja. Maskot JFC, Tiara Adinda Sari juga akan tampil dan menjadi ratu dengan mahkota, jubah dan sayap yang besar.
“Semua kostum dibuat sendiri oleh peserta. Tapi ada juga tim kreatifnya sekitar 20 orang. Untuk tema Majapahit ini kita juga didukung oleh kolektor benda pusaka. Nanti saya pakai kalung-kalung, cincin dan seperti senjata itu asli kerajaan dari kolektor,” kata Dynand.
Ia mengatakan defile Majapahit menampilkan zaman kejayaan kerajaan kuno di Indonesia yang pernah memiliki kekuasaan hampir di seluruh wilayah Nusantara, dengan para peserta JFC mengemasnya dalam balutan busana dan seni yang spektakuler. “Para peserta di defile itu akan menampilkan busana dengan kreasi seni terbaik untuk menunjukkan masa keemasan Kerajaan Majapahit,” katanya.
Parade penutupan JFC 2015 juga akan menampilkan kostum setinggi 7 meter dan kereta kuda. Parade itu pun akan menutup jalanan alun-alun Jember sepanjang 3,6 km hingga pukul 19.00 malam nanti. Dynand mengharpakan JFC bisa menjadi trendsetter karnaval fashion dunia dan membesarkan nama kota kelahirannya. “Kita mengklaim Jember kota kreativitas. Nggak apa-apa jadi banyak yang mengikuti. Karena kita disebut jadi trendsetter kalo ada followers, jadi bagus kalau ditiru,” kata Dynand.
“Yang menjadi beda dengan karnaval mode pada umumnya adalah busana yang digunakan oleh peserta JFC. Busananya merupakan hasil rancangannya sendiri, dibuat dengan dana sendiri, dan diperagakan sendiri, sehingga masing-masing peserta harus berpikir kreatif untuk menciptakan busana yang unik dan spektakuler sesuai dengan tema defile,” katanya..
Pemilihan Desain Fashion
“Kalau kita bicara fashion, sebenarnya sejak bayi lahir setiap orang tua sudah mengenal fashion, bayi lahir sudah dipilihkan warna, sepatu, topi yang pas seperti apa,” katanya
Dynand mengatakan fashion identik dengan pakaian yang dipakai atau ready to wear, tapi kalau bicara fashion untuk festival, apalagi karnaval harus dibuat dengan kategori art wear.
Desain art wear tidak boleh sembarangan karena art wear yang harus berbeda dari desainer-desainer lain yang ada di Indonesia. “Kalau desainer brand di Indoensia, pasti rancangannya, pertimbangannya adalah dengan dijual atau sale, kalau saya tidak jualan baju per baju dalam arti ready to wear, tetapi saya menjual art wear,” kata Dynand.
Kota Karnaval Dunia
Dynand mengemukakan kegiatan JFC dapat mewujudkan Jember menjadi sebuah kota karnaval dunia yang dapat menarik wisatawan mancanegara. “Jember dulu sebagai kota kecil yang kurang dikenal, namun kini dicatat sebagai kota karnaval ke-4 dunia,” katanya.
“JFC merupakan bukti dahsyatnya karnaval sebagai city branding dan kegiatan JFC yang semakin eksis dapat membuat Jember semakin terkenal sebagai kota karnaval dunia,” katanya.
Dynand melanjutkan JFC memilik keunikan tersendiri yaitu parade busana yang unik dan spektakuler sepanjang 3,6 kilometer. Kegiatan JFC mampu menyedot perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Para wisatawan pun sudah mengagendakan jauh-jauh hari untuk menonton JFC di Jember. “Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Jember, maka ekonomi lebih bergairah dan investasi di bidang hotel dan restoran di Jember juga semakin meningkat,” katanya.
Dynand berharap JFC dapat memberikan inspirasi kepada daerah-daerah lain untuk memiliki spesial kegiatan yang berbasis keunikan budaya lokal sehingga dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat dan destinasi wisata.
Asal Mula
Mundur ke-13 tahun yang lalu, Jember Fashion Carnaval ternyata berawal dari karnaval keluarga. “Saya bersebelas dengan keponakan di hari lebaran kami bertemu, kemudian kami punya ide kreatif, tidak hanya bersalam-salaman, tapi kami juga membuat parade keluarga,” kata Dynand Fariz, penggagas Jember Fashion Carnaval, di Jakarta, Selasa.
“Dari situlah kami keluar dari rumah saudara yang satu ke saudara yang lain, sampai akhirnya berkembang menjadi komunitas yang melibatkan anak-anak muda dan semuanya dari Jember,” katanya.
Dynand mengatakan awalnya JFC hanya diikuti sebanyak 40 – 50 peserta, kemudian berkembang menjadi 150 peserta, 200 perserta, 225 peserta. Tahun ini, JFC diikuti oleh hampir 2000 peserta. Di awal dari JFC 1 sampai 9, Dynand mengatakan bahwa penyelenggaraan JFC benar-benar independen, tanpa dukungan pemerintah sama sekali dan tidak melibatkan sponsor. “Jatuh bangun itu saya anggap sebagai suatu hal yang harus saya lewati di situlah resiko seorang pemimpi yang mau bermain dan berkarya di zona yang tidak aman,” katanya.
“Saya punya mimpi, mungkin mimpi ini besar banget dan enggak masuk akal bagi setiap orang yang mendengarnya karena saya ingin memeluk dunia dan membawa nama kota kelahiran saya menjadi pusat perhatian dan tujuan wisata dunia,” katanya.
Saat ini, Jember Fashion Carnaval didukung oleh Pemerintah Daerah, Kementerian Pariwisata dan sejumlah brand ternama. “Yang terpenting Indonesia ke depan bisa memimpin karnaval dunia, dan kita harus di peringkat satu,” ujar Dynand.