Thursday , 21 November 2024
Home / Business / Bisa, Perempuan Indonesia..!
Yani Panigoro (kedua kanan) bersama cucunya di SMA Taruna Nusanta. Ist

Bisa, Perempuan Indonesia..!

Jakarta, NextID – Kodrat perempuan tak hanya melahirkan dan menyusui, namun memiliki dunia alam cipta. Tak bisa disanggah bahwa hasil cipta para puan telah memenuhi kehidupan masyarakat luas, di belahan dunia manapun. Mengapa bisa demikian? Karena mereka mempunyai impian dan tetap  memelihara impian itu. Selanjutnya berani menerapkan impian hidup, sehingga hidup itu menjadi lebih hidup.

Karena impian itu maka mereka bergerak dengan keteraturan dan tak bergeser dari agenda positif yang telah ditentukan-Nya, bahwa di tangan perempuan penuh cinta kasih, kecerdasan, kecermatan, dan kepekaan maka generasi penerus  tentunya  akan membentuk kehidupan lebih baik.

Para Ibu memahami adanya benih cinta dalam dirinya. Selanjutnya, mengarahkan kehendak cinta untuk bangkit dan berkembang secara maksimal membentuk sebuah keagungan hidup. Perempuan mampu berkarya yang dirasakan hasilnya oleh banyak kalangan. Tak tersanggahan, bukan?

Para kaum hawa terbukti telah mempersiapkan bekal hidup generasi berikutnya. Dan itu bukan hanya sekadar kebutuhan fisik atau material namun juga membentuk kekuatan mental, emosi dan jiwa. Bukankah tiga kekuatan tersebut yang akan menjadi penentu dari keberhasilan sebuah perubahan untuk menjadi lebih baik.

Peran kehadiran seorang ibu tentu sangat dibutuhkan dalam membentuk generasi yang memiliki kesadaran bahwa hidup memerlukan usaha lahiriah dan batiniah nan selaras. Mungkin sebagian dari dasar pemikiran ini yang menjadi tolok ukur mengapa adanya peringatan Hari Ibu.

Yani Panigoro sejak lama menyukai tenun motif etnik negeri. Ist

Ibu memang sentral hidup yang membentuk sebuah kehidupan. Sayangnya masih banyak peran perempuan, keberadaan seorang ibu atau istri yang menjadi ”keset” pasangan hidupnya alias KDRT. Bagaimana harusnya menyikapi ini, dan apakah benar nih peran para ibu “hidup” di banyak lini kehidupan, pula tak urung di negeri ini?

Bincang dengan Yani Panigoro Presiden Komisaris PT Medco Energi International Tbk dan Indiah Marsaban – Pengajar Bahasa Inggris pada Lembaga Bahasa International, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.  Kedua tokoh perempuan mempunyai pandangan menarik tentang peran perempuan dan ibu sekaligus yang patut kita cermati bersama. Perbincangan lebih jauh dengan keduanya dihidangkan dalam tanya jawab

“Perempuan berkarya di semua bidang,” demikian tandas Yani Panigoro.

Tanya: Bagaimana menurut Ibu, hak perempuan di tengah kehidupan sosial di negeri ini. Apakah hak perempuan sudah diperoleh sepenuhnya oleh perempuan, atau seperti apa. Saran dan harapan Ibu?

Jawab: Hak perempuan di bidang Pendidikan sudah setara, tidak ada perbedaan. Saya ambil contoh di Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat saya masuk kuliah di sana tahun 1970, jumlah mahasiswi 10%. Tetapi sekarang di tahun 2022, jumlah mahasiswi mendekati 50%. Kesempatan berkarirpun di semua bidang terbuka dan pilihan banyak. Sebut saja misalkan di akademisi, pemerintah, atau swasta, jumlahnya cukup banyak sebagai eksekutif, bahkan UKM  perempuan sebagai owner.

Tanya: Terhadap kehidupan masyarakat luas, apakah dampak dari  peran perempuan di berbagai sektor kehidupan itu sudah terasakan?
Jawab: Peran laki-laki dan perempuan di semua kehidupan bangsa saling melengkapi dan masing-masing punya strength dan weakness. Dalam berkarya kita satukan strength-nya. Pada umumnya sifat keibuannya tampak di hal yang lebih memerlukan perhatian detail dan kekeluargaan yang membuat nyaman di lingkungan kerjanya.

Tanya: Bagaimana dengan kasus KDRT yang terus berulang, sementara peran ibu di rumah tangga tidaklah kecil.
Jawab: KDRT adalah hal yang komplek, menyangkut rasa cinta dan ketidakberdayaan secara ekonomi. Bila perempuan teredukasi dan mandiri maka KDRT bisa diminimalkan.

Lurik berpadu jarik batik klasik sogan antara lain dipilih Indiah Marsaban. Ist

“Perempuan harus menembus the glass ceiling untuk bisa mencapai puncak karirnya,” begitu pendapat Indiah Marsaban.

(The glass ceiling adalah ungkapan metafora yang digunakan untuk menggambarkan hambatan yang dihadapi oleh perempuan saat ingin mencoba peran lebih tinggi dalam institusi perusahaan)

Tanya: Sejauh ini peran perempuan untuk pembangunan mental keluarga dan masyarakat sudah bisa dirasakan. Cukupkah?

Jawab: Peran perempuan dalam pembangunan mental keluarga dan masyarakat cukup signifikan tetapi tidak bisa dibebankan hanya pada perempuan dalam suatu keluarga. Peran lelaki dalam keluarga tentunya punya andil dan tanggungjawab besar dalam pembangunan mental keluarga.

Yang utama adalah keteladanan dalam keluarga akan lebih efektif dibandingkan ceramah-ceramah yang tak membekas. Sehingga role model seorang ibu dan seorang ayah menjadi penting dalam membentuk karakter seseorang dalam keluarga.

Tanya: Peringatan Hari Ibu itu penting, namun seharusnya diperingati seperti apa?

Jawab: Berangkat dari sejarah Kongres Perempoean Indonesia tahun 1928 yang membahas masalah perempuan dalam bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, tenaga kerja dan politik, sehingga peringatan Hari Ibu kepada peranan domestik, dan tidak terbatas pada perannya sebagai istri atau seorang ibu, tetapi lebih luas lagi peran sosialnya. Perempuan Indonesia sangat beruntung diberi kesetaraan hak politik meskipun dikelilingi budaya patriaki yang masih terselubung.

Tanya: Apakah presentase perempuan di sektor Sosial Budaya perlu ditambahkan?  Jika ya, mengapa?

Jawab: Saya tidak punya data mengenai presentase peran perempuan, namun jika berdasarkan pengamatan secara umum, “porsi” perempuan di Indonesia sudah sangat membanggakan. Di bidang apa saja, perempuan tidak dibatasi meskipun ada istilah harus menembus “the glass ceiling” untuk bisa mencapai puncak karirnya.

Ada hambatan yang tidak nampak  “the glass ceiling” untuk bisa mencapai puncak karirnya. Ada hambatan yang tak nampak, itu yang harus ditembus agar dapat bersaing dengan kolega laki-laki, yang sama-sama kompeten. Apapun perempuan Indonesia sudah selayaknya bersyukur memiliki “kemerdekaan” berkiprah di  masyarakat sesuai perannya.

Indiah Marsaban dengan balutan kebaya, apik. Ist

Tanya: Peran para ibu dalam rumah tangga tak mudah, namun KDRT tetap saja terjadi,  mengapa?

Jawab: KDRT masih bisa terjadi karena budaya patriaki masih kuat, serta kemandarian perempuan yang belum kuat sehingga relasi kuasa dan ketergantungan secara finansial terhadap laki laki masih besar
Sekali lagi  pendidikan pada perempuan menjadi kunci untuk mengatasi masalah KDRT sehingga perempuan memahami hak-hak atas tubuhnya dan bisa menyuarakan hak-hak sosialnya.

Masalah perempuan selalu menggelitik kaumnya untuk mengetahui lebih jauh. Sebagaimana yang telah dikatakan dua sosok perempuan dengan profesi mereka  yang sering bersentuhan dengan publik, tentunya membuat mereka peka terhadap masalah perempuan itu sendiri.

Seperti yang dikatakan bahwa perempuan harus mandiri, memiliki edukasi yang baik. Dan itu membuat para perempuan mendapatkan hak mereka. Dengan demikian kenyataan bicara, sama artinya bahwa peringatan Hari Ibu itu sesungguhnya telah menjadi peringatan bagi dirinya sendiri.

Bagaimanapun sukses itu bersumber dari dalam diri sendiri, maka segala aspek penunjang harus diperjuangkan melalui usaha keras berdasarkan potensi diri, walau itu memang tak mudah.

Tapi toh kenyataan bicara bahwa perempuan itu bisa! Menurut Phyllis Bottome, ada dua cara mengatasi kesulitan. Mengubah kesulitan itu atau mengubah diri sendiri untuk menghadapinya. Nah..  (Martha Sinaga)

About Gatot Irawan

Check Also

Bridgestone Indonesia Raih Penghargaan IBBA dan OCA 2024

Jakarta, NextID – PT Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone Indonesia), bagian dari Bridgestone Corporation pemimpin global dalam …

Leave a Reply