Home / LifeStyle / Leisure / Art / “Bantal Kasih”
Nuansa Natal dan jelang akhir tahun dihiasi waran hijau dan merah. (MS)

“Bantal Kasih”

Oleh: Martha Sinaga

Jakarta, NextID – Masa Covid-19 melanda mengharuskan orang bekerja di rumah, atau memantau pekerjaan dari rumah. Bekerja di rumah atau mengerjakan pekerjaan rumah, sama hebohnya. Betapa tidak, kedua materi itu sejalan beriring. Mau tak mau harus mau, tidak lagi menggunakan rumus prioritas. Mengapa? Karena semua sudah menjadi prioritas. Satu hal yang patut digarisbawahi adalah, jangan abaikan kesehatan. Itu kunci utamanya agar berjalan baik.

Masa Covid juga yang “memaksa” orang putar otak agar tetap bisa makan, dan tersedia pula sandang.  Singkat kata dalam “New Normal” ini, roda kehidupan tetap bisa berjalan normal. Dan, kenyataan itu akhirnya mendorong masyarakat untuk survive. Salah satunya, membuka bisnis rumahan. Mulai dari di segmen boga, busana, pelengkap interior,peternakan, hingga tanaman.

Pertanyaannya, bagaimana dengan prospek bisnis menjelang Natal dan tutup tahun ini? Apakah semua lini memiliki prospek sama?  Ya, dan semua itu bisa dilakukan secara online saat ini. Mengingat prokes (protokol kesehatan) di masa pandemi Covid-19 ini, maka bisnis apapun dilakukan secara online. Maka tak heran jika sahabat para pembisnis saat ini adalah layar monitor. Begitu juga calon konsumen bukannya tak mungkin rela tak beranjak dari kursi untuk juga memantau layar monitor, mencari kebutuhannya via media online.

Keberadaan itu juga dialami oleh Nadira Puspita Dewi. Perempuan muda jebolan universitas negeri  di Jakarta melakukan hal yang sama. Walau ia mengaku tidak ngoyo melakukannya, mengingat ia punya pekerjaan lain di dunia perbankan. “Hanya saya berpikir jika memang masih bisa melakukan, mengapa tidak. Yang penting tidak mengganggu jadual kerja utama saya. Sementara bisnis kecil ini pun harus diolah dengan profesional. Jujur, saya tidak sendiri, karena ada mitra yang sehati, sepemikiran dan misi dan visinya jelas,” sibaknya.

Ketika dikejar apa yang menjadi visi-misi dalam bisnisnya itu, mengingat dalam berdagang yang penting laku? Visi-misi atau idealis kadang diletakkan di belakang. “Misinya apa yang kami produksi menebar rasa keindahan, persaudaraan, kedamaian. Visinya, bekerja  itu sama dengan ibadah. Kita bisa lepas dari pikiran-pikiran yang ruwet, hidup tertekan karena virus yang siap menerkam. Itu semua kan membuat kita tidak nyaman. Ketidaknyamanan sering berujung pada depresi. Nah, masa Covid ini justru harus mampu menguasai keadaan,” imbuh perempuan yang selalu tampil fashionable itu.

Menjadi koleksi Nadine Izaura Fernandes, salah seorang pencinta Bantal Kasih di Bali. Ist

Pilihan bisnis Nadira unik dan menarik memang.  Walau dalam pembuatannya dibutuhkan waktu. “Kadang saya merasa tidak seimbang, jika dilihat dari hitungan bisnis. Masa produksi dengan harga sangat tidak berimbang. Hanya saja membuat bantal-bantal berbentuk hati ini ada kepuasan tersendiri. Cantik, indah bahkan sekalian bisa memperkenalkan motif-motif etnik Indonesia. Saya mengatakannya ini semacam bisnis kasih. Mereka yang membeli merasa senang, dapur produksipun ngebul, kamipun merasakan sukacita itu. Yang penting harus optimistis,” tegasnya sambil memperlihatkan gugusan bantal kasih yang siap dikirim ke beberapa kota seperti di Bali, Jabodetabek, Lampung, Tanjungpinang, dan Batam.

Suasana Indah & Damai

Nadira lantas melihat kondisi sembilan bulan terakhir dalam ia melempar produk ke pasar. Menurutnya, memang saat yang dibutuhkan kalangan menengah ke bawah adalah makanan, minuman, dan obat-obatan. Tetapi, kalangan atas tetap mengendalikan ekonominya. Hanya saja, karena Covid ini melanda maka merasa jenuh. Kenyataan itu mendorong mereka untuk memilih benda-benda atau barang-barang yang bisa menciptakan suasana indah dan damai.

Nadira dan koleksi Bantal Kasih dari tenun ulos siap dikirim ke berbagai daerah. (MS)

“Maka tak heran banyak yang mencari tanaman, bahkan hidup dari bisnis tanaman. Di awali dari mulai berkebun di rumah kecil-kecilan, atau dadakan jadi penjual tanaman. Itu karena ada pasarnya. Harga tanamanpun bisa melambung tinggi,  tentu karena pengarah hukum permintaan dan penawaran, serta pengaruh harga tanaman di luar negeri. Kita jadi latah. Itulah kenyataannya,” beber Nadira.

Kembali ke bisnis bantal kasih. Bisnis ini sudah dimulai sejak Maret tahun ini. Semula dari pesanan para teman kantor, kemudian merebak ke keluarga dan lanjut kepada pembeli di luar kota. Mulai November, motif kain merebak ke nuansa Natal dan Tahun Baru. Warna-warna klasik Natal: hijau, merah hinga emas. Juga, hitam, silver dan gradasi warna ceria Desember. Ia mengaku harus kerja ekstra, karena situasi seperti ini masing-masing pekerja membawa pekerjaannya pulang. Hari tertentu dikumpulkan ke gerai yang di-handle oleh Nadira.

Ketika disinggung untuk omsetnya, dengan tenang ia menjelaskan,” Kami sadari, apa yang kami kerjakan ini bukan kebutuhan primer, tapi justru suasana seperti ini orang membutuhkan sesuatu yang bisa mengubah suasana di tempatnya lebih chic. Satu hal saya optimis, jika berkat itu sudah menjadi milik kami, pasti akan datang juga kok,” begitu tutur Nadira dengan senyum kecilnya.

Nadira terlihat ingin tampil dengan kesan tersendiri. Itu bisa disimak dari hasil produksinya yang berupa bantal kasih dan pelengkap interior. Misalnya, taplak meja. Sarung bantal kursi hingga perlengkapan kamar tidur. Tidak ada yang sama. “Untuk desain saya dibantu tante saya, pemilihan warna dan tekstur kain juga. Yang penting kami sudah tahu persis, siapa calon pembeli atau pasar untuk bisnis sejenis,” bebernya.

Omset? “Duh, ini yang pelik. Saya katakan tadi ini bisnis kasih. Terkadang tidak balans antara produksi dengan harga, namun tim kerja sudah sepakat bahwa kami tidak bisa dikatakan bisnis minded, ada kepuasan hati ketika mengerjakannya. Bahkan ketika produk kami dipercayakan untuk menjadi koleksi banyak pihak, kami sudah bangga dan puas, ” ujarnya.

Ia mengaku tarif yang tertera untuk produk yang keluar dari gerainya sangat terjangkau. Untuk bantal kasih ukuran kecil berkisar Rp 65.000. Taplak meja makan dengan tekhnik patchwork Rp 650 ribu, juga perlengkapan kamar tidur, misalnya sprey, berikut sarung bantal berkisar Rp 1,4 juta.

Patchwork seprei dari kain endek, Bali. (MS)

“Setiap produk yang dihasilkan tidak ada yang sama, itu sudah komitmen tim kerja kami sejak awal usaha. Tampil beda. Itu terus akan dipertahankan. Kenyataan ini juga akan menjadi tantangan untuk dapur produksi. Kami akan terus mempelajari materi yang digunakan dan mengembangkan sekaligus mengkaji setiap produk yang akan hadir di pasar,” tandasnya.

Ketika ditanya, apakah bisnis ini akan terus dikembangkan atau tetap smooth adanya? “Kami tetap melakukan progres ke depan. Mengingat negeri ini memiliki kekayaan yang melimpah untuk motif etnik tenunannya. Tehnik jahitan tangan pun akan terus dipelajari, dikaji  dan diteliti. Jika Cina piawai dengan sulaman tangannya, Jepang dengan tusuk jahit sashiko, tentu negeri ini bisa muncul dengan tusuk jelujur yang dipadu dengan teknik sulaman tangan,” ujarnya.

Bantal Kasih dalam balutan nuansa Natal. (MS)

Dia tak menyangkal di Indonesia memiliki banyak teknik jahit dan sulam. Salah satunya bordir Tasik, atau di Sumatra Barat, yang ahli dalam sulam-menyulam.  Semua itu kita punya, dan mungkin jika dipadu akan menghasilkan karya spektakuler. Saran Nadira jangan ragu jika ingin berbisnis, toh yang sedikit pelik awalnya saja.

Tak dapat disangkal bahwa di tangan orang-orang kreatif, apapun bisa disulap menjadi sesuatu yang bernilai. Ini artinya tetap berkreasi terus, dan terus. Sebagaimana almarhun Bob Sadino katakan, bahwa orang goblog sulit dapat pekerjaan, tetapi akhirnya bisa buka usaha sendiri. Dan saat bisnisnya berkembang, orang goblog itu memperkerjakan orang pintar.

Daya kreasi dengan kemampuan berbuat, jika keduanya diselaraskan maka akan bisa mendatangkan kebajikan yang positif. Hidup memang pilihan.

About Gatot Irawan

Check Also

Bersama Grand Vitara, Liburan Lebaran Menjadi Stylish

Jakarta, NextID -Jelang libur lebaran tahun ini, diperkirakan tradisi mudik ke kampung halaman akan tetap …

Leave a Reply