Jakarta, NextID – Hino Indonesia siap dalam menghadapi program pemerintah untuk penggunaan bahan bakar biodiesel sebesar 30% atau B30 sesuai yang tertuang pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 12 tahun 2015 tentang “Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar lain,” yang berlaku mulai dari 1 Januari 2020.
Sejak tahun 2010 hingga saat ini, Hino terus melakukan riset dan pengembangan produk khusus untuk biodiesel. Secara intens durability test dan emission test dilakukan di dalam laboratorium agar hasil dapat di cek secara ilmiah. Test dilakukan Hino di Indonesia dan Jepang dengan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti: Balai Teknologi Termodinamika, Motor dan Propulsi (BT2MP) dulu BTMP, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), Balai Teknologi Bahan Bakar & Rekayasa Disain (BTBRD) dulu BRDST, Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Pertamina.
Hasil riset tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan spesifikasi produk Hino yang cocok menggunakan biodiesel, namun juga untuk mengembangkan spesifikasi bahan bakar biodiesel tersebut. Salah satu contoh kontribusi penelitian Hino yang diaplikasikan pada spesifikasi biodiesel yang diproduksi adalah kandungan logam. Pada B20 tidak diatur kandungan logam, sedangkan di B30 diatur kandungan beberapa jenis logam, antara lain Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium. Adapun dampak dari kandungan logam tersebut adalah penyebab filter bahan bakar dan injector tersumbat sehingga aliran bahan bakar ke ruang bakar tidak sempurna dan performa mesin tidak optimal.
Seperti dijelaskan di atas, dalam menghadapi B30 ini, Hino melakukan dua test yaitu emission test dan durability test baik itu untuk mesin yang saat ini digunakan Euro 2 dan juga mesin yang akan digunakan pada tahun 2021 Euro 4. Uji mesin Hino dilakukan di laboratorium dengan kondisi beban dan daya maksimum pada putaran mesin 2500 rpm, selama 400 jam atau setara dengan 40.000 km pada pemakaian maksimum yang menggambarkan kondisi kendaraan dipacu dalam kondisi ekstrim melebihi dari keadaan sesungguhnya di lapangan atau pengoperasian aktual kendaraan sehari-hari. Sehingga didapatkan hasil atau rekomendasi terkait penyesuaian karakteristik mesin dan kendaraan Hino yang tepat, karena kami sangat menaruh perhatian terhadap kelancaran bisnis konsumen.
Hino melakukan pengujian di laboratorium karena semua parameter mesin dapat diuji secara ilmiah sehingga didapat hasil yang lebih akurat. Parameter mesin yang diuji antara lain; daya, torsi, konsumsi bbm dan dampak terhadap komponen. Berdasarkan hasil uji tersebut, Hino sudah melakukan penyesuaian spesifikasi kendaraan yang sesuai dengan karakteristik bahan bakar Biodiesel sehingga potensi terhadap dampak atau pengaruh yang timbul pada saat penggunaan Biodiesel termasuk B30 dapat diminimalisasi agar ke depan operasional bisnis customer tidak mengalami gangguan.
Perubahan spesifikasi kendaraan Hino dilakukan untuk unit kendaraan dengan tahun produksi vehicle identification number (VIN) 2020 yaitu pada bagian ukuran fuel filter yang dibuat lebih besar sehingga filter tetap dapat bertahan 10.000 km sesuai dengan yang saat ini digunakan untuk B20. Selain itu fuel tank dilapisi dengan alumunium platting coated untuk mencegah terjadinya karat, fuel sender gauge dan piping juga dilapisi dengan Nickel platting coated untuk memberikan daya tahan yang lebih kuat terhadap zat asam yang dihasilkan oleh fame B30. Tidak hanya itu untuk material yang berbahan karet, seperti Hose sudah menggunakan material fluorubber agar tahan terhadap sifat-sifat dasar dari biodiesel yang menghasilkan zat asam dan mengkikis material.
Sementara itu bagi pengguna kendaraan Hino saat ini tidak perlu khawatir terhadap pengunaan B30. Hino sudah sampai di tahap akhir pengembangan untuk menyiapkan Retrofit kendaraan Hino yang saat ini beroperasi atau produksi VIN dibawah tahun 2020. Retrovit ini pilihan digunakan untuk kendaraan Hino baik itu mekanikal maupun bermesin common rail yang terdiri dari Fuel Filter yang lebih besar, serta sender, tank, piping dan hose yang memiliki material yang lebih tahan untuk pengunaan bahan bakar B30.
Selain itu untuk membantu efisiensi biaya operasional kendaraan, Hino juga memiliki Strainer yang dijual terpisah dan digunakan sebagai tambahan pada bagian fuel tank. Strainer ini berguna untuk memperpanjang umur pemakaian fuel filter sehingga memberikan keuntungan bagi customer berupa lifetime fuel filter menjadi lebih panjang. Strainer ini dapat digunakan baik itu untuk kendaraan Hino baru produksi VIN 2020 maupun kendaraan Hino sebelumnya.
Dengan sifat pencuci yang dimiliki bahan bakar B30 sehingga filter bahan bakar akan lebih cepat diganti untuk itu Hino memiliki beberapa saran untuk pemeriksaan dan perawatan kendaraan :
- Bersihkan tangki bahan bakar setiap 3 bulan sekali.
- Ganti pre fuel filter & main fuel filter di 10.000 km secara berkala atau sesuai petunjuk buku service.
- Periksa kandungan air dalam filter sebelum menghidupkan mesin
- Jika kendaraan tersebut tidak beroperasi lebih dari 3 bulan, pastikan bahan bakar diganti dengan yang baru sebelum beroperasi kembali.
“Dengan pengunaan bahan bakar B30, diharapkan pengusaha maupun pengemudi truk melakukan kontrol dan perawatan yang lebih rutin. Ini dibutuhkan untuk mencegah atau meminimalisasi penyumbatan filter sehingga kondisi kendaraan tetap terjaga dan bisnis dapat terus berjalan,” ucap Santiko Wardoyo, Direktur Penjualan dan Promosi HMSI, Kamis (23/1).