Jakarta, NextID – All New Honda Brio kembali dijagokan oleh PT Honda Prospect Motor (HPM di segmen Low Cost Green Car (LCGC). Di Indonesia memang hanya sedikit merek yang bermain di LCGC. Dan Honda menampilkan Brio di segmen tersebut yang ternyata penyerapan pasarnya diklaim cukup bagus.
Untuk menjelaskan secara detil soal pasar dan seluk beluk model terbaru itu, Rabu (12/9) Jonfis Fandy selaku Marketing & After Sales Service Director HPM memberikan penjelasan amat fasih menyangkut pasar dan strategi jitunya, disusul penjelasan detil soal desain oleh Tsutomu Harano selaku Development Leader dari Honda R&D Asia Pasific Co., Ltd yang berkedudukan di Bangkok, Thailand.
Apa yang menarik dari acara paparan dari kedua tokoh itu? Yang jelas, segmen LCGC menjadi tersamar karena melihat harga yang diterapkan, apalagi melihat fitur-fitur yang menyertainya. All New Honda Brio boleh disebut LCGC mewah karena bukan hanya desain yang telah berubah, namun juga harganya yang relative “mahal.”
Menarik harganya karena perubahan dan peningkatan desain All New Honda Brio yang kini makin berkelas. Seluruh inovasi yang dilakukan Honda membuat harganya lebih mahal Rp 6,5 juta untuk tipe S dan Rp 10 juta untuk tipe E dan RS, dari Brio generasi pertama.
Berikut, harga terbaru dari generasi kedua Honda Brio yang terdiri dari 5 varian:
• All New Honda Brio Satya S M/T Rp 139.000.000,-
• All New Honda Brio Satya E M/T Rp 147.500.000,-
• All New Honda Brio Satya E CVT Rp 162.500.000,-
• All New Honda Brio RS M/T Rp 175.000.000,-
• All New Honda Brio RS CVT Rp 190.000.000,-
(Harga on the road wilayah Jakarta dan estimasi BBN Mobil Pertama tahun 2018)
Dari paparan dan spesifikasi terlihat gamblang dimensinya kini lebih besar karena bertambah panjang 160 mm dan lebih berat 20 kg dari Brio generasi pertama. Yang menarik, mobil ini mampu mempertahankan konsumsi BBM yang relative irit. Dalam pengujiannya, diklaim mampu mencapai angka 20,3.km/l (Brio CVT) dan 20,1 km/l (Brio M/T).
Tsutomu Harano menjelaskan, ini karena aerodinamikanya mendapat sentuhan baru untuk mereduksi efek negatif dari kedua faktor tersebut (penambahan panjang dan berat). Targetnya adalah konsumsi BBM yang tetap irit. Hasilnya, coefisien of drag ternyata bisa lebih baik 0,02 ketimbang pendahulunya. “Perbaikan di kap mesin, desain pelek, lampu belakang dan kini, hadir dengan engine cover di bagian bawahnya, yang memberi dampak positif,” jelasnya.
Soal handling atau pengendalian, dia membetulkan bahwa ada setup suspensi baru agar tetap lincah. “Diameter batang stabilizer diperbesar 1 mm menjadi 18 mm, yang bertujuan agar gejala body roll tetap minim meski bobot bertambah berat,” ujarnya.
Menurut Tsutomu Harano, untuk All New Honda Brio juga telah dibuat pengaturan mapping EPS (Electronic Power Steering) agar pengemudi makin merasakan grip ban saat bermanuver atau sering disebut dengan feedbacksteer yang lebih baik. Dan bertambahnya bobot di belakang, membuat engineer perlu menambah tekanan angin ban belakang 1,45 psi menjadi 27,6 psi.
Pihak Honda memang menaruh perhatian tinggi atas model andalan ini, Termasuk untuk sektor kenyamanan, yang mendapat perhatian ekstra. Ini dilakukan dengan menambah jarak sumbu roda (wheelbase) 60 mm yang berdampak pada bertambah luasnya ruang kaki di bangku belakang.
Begitupun dengan bagasi yang bertambah panjang 90 mm dan lebar 64 mm sehingga kini bisa menyimpan 2 tas koper dan baby stroler untuk memenuhi kebutuhan keluarga muda yang memilihnya sebagai mobil pertama. Yang menarik, kini untuk membuka pintu bagasi, telah disematkan sebuah tombol mungil tersembunyi yang digerakan secara elektris sehingga dengan sentuhan ringan, sontak pintu bagasi terbuka.
Honda mengklaim bahwa system bobot AC kini lebih ringan 8% namun performanya ditingkatkan 5,2% sehingga kinerjanya lebih baik yang berdampak lebih cepat dingin. Penerapan AC digital pada All New Honda Brio membuatnya menjadi pionir di kelasnya.
Soal inovasipun merembet di sektor mesin, Ini terlihat Honda tetap mempertahankan komposisi tenaga maksimal sebesar 90 PS dan torsi 110 Nm. Tetapi dengan aturan pemerintah yang mewajibkan standar Euro 4 mulai Oktober 2018, otomatis engineer perlu melakukan inovasi untuk mereduksi gesekan antar komponen agar lebih minim, termasuk saluran gas buang dan catalytic converter.
.