Apartemen mulai menghidupi wajah kota dan menjadi gaya hidup orang modern di masa sekarang bahkan pemerintah Singapura sudah mengharuskan perumahan vertikal untuk warganya, mengingat keterbatasan lahan disana. Banyak alasan mengapa orang atau pelanggan memilih apartemen, bisa karena nilai investasi yang terus naik setiap tahunnya, gaya hidup atau tempat tinggal.
Orang Indonesia suka melakukan investasi dalam bentuk properti karena harganya yang cenderung naik. Meskipun, saat perekonomi melemah, penjualan properti turut melambat tetapi harganya tetap saja tumbuh. Berdasarkan survei residensial Bank Indonesia pada kuartal II-2015, harga properti di Indonesia tumbuh rata-rata 5,95 persen pada periode tersebut. Kawasan apartemen yang memiliki pusat kegiatan seperti bisnis, komersial, pendidikan, kesehatan, hingga hiburan akan membuat harganya cenderung naik lebih cepat.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch IPW, Ali Tranghada, memperkirakan apartemen akan menjadi model hunian lazim pada 10 tahun mendatang untuk kota-kota besar di Indonesia. Meski sederhana, apartemen yang berada di pusat kota dan dekat kawasan bisnis memiliki harga yang jauh lebih mahal. Lokasi menjadi pertimbangan nomor satu baik bagi penjual maupun pembeli apartemen. “Lokasinya yang strategis, cocok bagi mereka yang tidak ingin mengeluarkan biaya transportasi besar,” katanya kepada SH, Rabu (7/10).
Investasi
Setiap investasi jangka panjang memiliki keuntungan yang sama besar dengan risikonya. Para investor lebih memilih produk properti sebagai produk jangka panjang karena risikonya lebih kecil, mengingat ada bentuk fisiknya. Berdasarkan riset Colliers International Indonesia untuk kuartal II-2015, potensi keuntungan dari properti khsususnya apartemen mencapai 30 persen sampai 50 persen. Adapun apartemen yang dijual kembali pada kurun dua sampai tiga tahun setelah terbangun bisa mencapai angka 50 persen hingga 80 persen.
Jika kita berinvestasi properti, maka kita akan mendapatkan dua sumber pendapatan yaitu penjualan dan uang sewa. Tak hanya itu, investor harus menghitung semua biaya di luar harga pembelian. Biaya tambahan itu untuk membayar ongkos notaris, komisi penjualan untuk agen properti, asuransi, bea balik nama, pajak, hingga biaya pemeliharaan. Setelah menghitung total biaya pembelian dan biaya tambahan ini, barulah anda dapat menemukan harga jual yang pas.
Gaya Hidup
Sebuah studi Harvard University pada 2014 mengenai hunian mengungkapkan orang-orang yang berusia 25 – 34 tahun menunda pembelian atau tinggal di rumah. Mereka lebih senang tinggal di apartemen. Alasan utamanya karena faktor tren daripada investasi. Tren itu mulai tumbuh, terutama pada kota-kota yang sedang mengembangkan hunian vertikal. Dengan pertimbangan lokasi dan semakin sempitnya lahan, apartemen menjadi solusi tempat tinggal di kota-kota besar.
Masih dalam studi yang sama, sebanyak 66 persen responden lebih puas memiliki properti dengan nilai jual sama atau bahkan naik signifikan dari tahun ke tahun. Mereka memikirkan betul investasi pada tahun-tahun mendatang. Mereka memandang bahwa kepemilikan rumah bukan menjadi kebutuhan mereka. Berbeda dengan kepemilikan apartemen yang nilai jualnya yang terus merangkak naik. Di Indonesia, pengembang perumahan lebih memilih kawasan yang jauh dari pusat kota sedangkan lokasi apartemen berada di lokasi-lokasi strategis sehingga mendukung mobilitas mereka yang tinggi.
Orang yang berusia aktif tidak lagi membutuhkan kendaraan pribadi seperti mobil untuk mendukung aktivitas. Mereka akan memilih transportasi publik untuk menghemat biaya dan lokasi apartemen sangat dekat dengan tempat tujuan. Banyak apartemen, terutama di kawasan strategis (prime area) menawarkan kemudahan akses untuk penghuninya. Saat lahan perumahan berpindah pada kawasan suburban, generasi baru tidak bisa mengikuti perubahan. Mereka lebih senang tinggal di pusat kota, tempat mereka bisa hidup, kerja, sekaligus bersenang-senang dengan teman-temannya. Mereka juga tidak memiliki waktu untuk menjalani hobi di rumah. Tak heran, apartemen merupakan hunian yang tepat karena tidak membutuhkan banyak keterlibatan pemilik untuk merawatnya.
Terus Naik
Berbeda dengan sektor perkantoran, pasar properti untuk segmen hunian terus mengalami kenaikan di Jakarta. Lembaga riset properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatatkan ada kenaikan pembelian di sektor pasar kondominium. Kondominium adalah unit apartemen yang dibeli untuk hak milik. “Tingkat penyerapan kondominium pada kuartal III-2015 mencapai 2.400 unit sedangkan pada kuartal II-2015 hanya sebesar 1.400 unit. Artinya ada kenaikan penjualan hingga 71,42 persen dalam kurun waktu 3 bulan yakni Juli-September 2015,” kata Head of Residential JLL Luke Rowe di Kantor JLL, Jakarta, Rabu (7/10).
Rowe mengatakan permintaan kondominium kelas menengah terus mengalami peningkatan pada kuartal III. Harga jual konduminium kelas menengah pada kuartal III-2015, berada pada kisaran Rp 25 juta permeter persegi atau Rp. 450 juta untuk apartemen tipe 18. “Hal ini dimanfaatkan sejumlah pengembang untuk melakukan pendekatan baru dan momentum untuk memulai penjualan,” katanya.
Sebagai penutup, Daya tarik apartemen sangat menggiurkan karena akses dan lokasi yang mudah, kebutuhan hunian yang terus meningkat dan nilai investasi yang terus meningkat. Meski demikian, investasi apartemen dan properti tetaplah lebih cocok untuk perencanaan keuangan jangka panjang.