Tuesday , 19 November 2024
Home / LifeStyle / Leisure / Art / Antaresa  Hendita – Bicara Nilai Lewat Karyanya
Antaresa Hendita: Berkarya merupakan salah satu dari ungkapan rasa syukur atas anugerah Sang Pencipta yang diterima sebagai talenta dan kesempatan. Ist

Antaresa  Hendita – Bicara Nilai Lewat Karyanya

Oleh Martha Sinaga

Jakarta, NextID – Ketika orang mengamati lukisan, sering muncul di benak apa sih pesan yang ingin disampaikan melalui karya lukis yang dipamerkan. Lepas dari setiap seniman memiliki style yang mereka garisbawahi sebagai jati diri dalam berkesenian.

Tergelitik oleh seringnya penulis mendengar pertanyaan itu, maka kali ini pertanyaan itu juga yang diajukan kepada seniman lukis Antaresa Hendita, yang sedang mempersiapkan karyanya untuk pameran tunggal menjelang ujung tahun ini. Semoga! Menurutnya, lukisan bertajuk bunga itu didominasi warna hitam-putih dan keemasan. Pertanyaannya, mengapa warna-warna itu yang ia pilih untuk pameran tunggalnya yang ke-3 ini?

Hitam-putih adalah warna yang harmoni, sekaligus kontras. Memiliki makna duka sekaligus sukacita. Emas adalah sebagai pencapaian tertinggi dan abadi. Memang sih, warna-warna itulah yang mengelilingi kehidupan insan. Makna itu juga yang dialami manusia di tingkat sosial apapun. Bergulir, tentu.

Warna emas adalah kilauan harapan yang menuntun menuju masa depan yang penuh dengan kesejahteraan yang harmoni. Ist

Nah, yang pasti proses panjang dalam  penjalanan rohani perempuan pelukis Antaresa Hendita  rasanya sudah “menjadi” lukisan bernuansa Hitam-Putih ( Candramawa). Suka-duka, baik atau sebaliknya itu pasti bergulir.  Bagaimanapun hidup bukan tentang siapa yang baik namun siapa yang mau berbuat baik. Kata Khalil Gibran, segala yang berada dalam dirimu dan yang bersamamu adalah ciptaan Tuhan, maka kamu adalah pengemban amanat agung itu.

Kebaikan rasa, pikir dan perbuatan itulah yang muncul maknanya dalam lukisan  hitam-putih dan nuansa emas di goresan yang kemudian dirangkum pada  lembaran buku karya istri dari Binsar Tobing ini. Nilai kebajikan itu terasa kental dicuatkan jebolan Universitas Indonesia itu. Hampir di seluruh goresannya kali ini.

Lanjut?  Rasa syukur atas hikmat dan nikmat Ilahi yang tercurah atas hidupnya dimunculkan melalui larik-larik syairnya. Ehm, berapa nilai seni yang akan hadir di karya perempuan berdarah Jawa-Manado ini?  Asyiek memang jika sebuah karya bicara soal nilai. Nah, kenyataan ini mengingatkan penulis dengan ucapan Albert Einstein. “Janganlah mencoba menjadi orang sukses namun jadilah orang yang bernilai.”

Terlepas dari penilaian orang yang melihat, mengamati kemudian mengkaji karya seni yang dihadirkan maka semua akan kembali pada sudut pandang yang ingin menikmati. Bukankah rasa indah yang Tuhan tanamankan pada benak pikir seseorang sudah menjadi lukisan jiwa yang tak putus, tinggal bagaimana manusia  menyikapi anugerah itu? Bukankah begitu Antaresa “Dita” Hendita?

Sekar Kencana

So, apa sih sebenarnya pesan yang ingin disampaikan Dita, begitu ia lebih sering dipanggil. Berikut ini bincang dengannya awal minggu ini di sebuah kafe di Selatan Jakarta.

Lukisan Dita yang “Hitam Putih” memliki makna yang tak kalah dalam. Ist

“Di tengah arus perubahan yang terus bergelora, dunia menyambut ketidakpastian seperti kabut yang enggan sirna. Melalui seri karya seni Sekar Kencana, saya mengajak untuk merenungi dan meninggalkan keraguan. Selanjutnya, melangkah menuju ketegasan yang sejati. Hitam adalah malam yang penuh misteri, putih adalah pagi yang benderang, sementara  emas adalah kilauan harapan yang menuntun kita menuju masa depan yang penuh dengan kesejahteraan yang harmoni,” ucapnya.

Menurut Dita, bunga-bunga dalam lembaran buku “Sekar Kencana” mekar dengan keanggunan di tengah gelap dan terang. “Dan menurutku itu menjadi simbol harapan yang tak pernah layu. Kenyataan itu adalah perwujudan dari keindahan  justru tumbuh di setiap tantangan.  Kemudian  mampu menghadirkan optimisme dalam sebuah  perubahan,” jelasnya.

“Setiap kelopaknya merupakan doa dan harapan. Yang pasti sebuah ajakan untuk tetap teguh dan terus berkembang bersama. Kait-mengkaitnya karya ini melambangkan kebulatan tekad dan kesatuan nan abadi. Layaknya mentari yang setia terbit dan terbenam di porosnya. Kenyataan ini pun pada akhirnya menggiring ingatan kita akan siklus kehidupan yang tak berlimit, dan mengajak kita melangkah di perjalanan tanpa akhir menuju sebuah kesempurnaan. Saya sajikan melalui Sekar Kencana gugusan rasa persatuan yang utuh, tak terputus. Menyatukan jiwa dalam lapisan harmoni,” beber Dita.

Kesan megah plus sarat filosofis saat lukisan itu diletakan di tempat yang tepat. Ist

Lengkungan-lengkungan yang menari di atas kertas dimaksudkan jejak-jejak di langit. Fleksibel dan terkadang penuh keanggunan atau malah sebaliknya. Itu mengingatkan kita bahwa jalan menuju kejayaan sering kali tidak lurus. Lengkungan-lengkungan ini adalah gerak anggun yang menyesuaikan diri dengan arah angin, melambangkan kemampuan kita untuk beradaptasi dan tetap kokoh di tengah arus perubahan, lebih jauh Dita menjelaskan.

“Goresan itu seumpama tarian elegan dan menjadi sebuah harapan yang terus melambung. Ukiran dedaunan yang menghiasi karya ini diartikan sebuah perjalanan hidup yang terus tumbuh, sambil membawa pesan yang berkelanjutan dan hidup dalam ketekunan. Sementara daun-daun menunjuk pada harapan akan masa depan yang lebih cerah. Hidup yang berpotensi untuk tumbuh subur dan berkecukupan. Setiap helainya adalah impian yang melampaui batas waktu, selanjutnya mampu menjelajahi masa depan yang gemilang,” papar nya.

Hitam Putih

Warna hitam dan putih dengan aksen emas dalam “Sekar Kencana” adalah sapuan kontras yang menggambarkan ketegasan dan kejelasan. “Hitam saya gambarkan sebagai  malam yang penuh misteri,  sementara putih adalah siang resik lagi cemerlang.  Nuansa emas adalah sinar matahari yang membawa harapan. Emas ini adalah janji dari masa depan yang penuh keberhasilan, dan kemuliaan serta  kesempurnaan,” Dita mempertegas.

Terlepas dari penilaian orang yang melihat, mengamati kemudian mengkaji karya seni maka semua akan kembali pada sudut pandang yang ingin menikmati. Ist

Di tengah  ketidakpastian, mari kita menarik diri dari kabut kelabu. Selanjutnya melangkah dengan optimis.  Menurutnya, biarkanlah warna hitam – putih ini menjadi penuntun, dan meninggalkan goresan abu-abu di belakang. Hitam adalah hitam,  yang putih tetaplah putih. “Melalui seri karya seni “Sekar Kencana,” mari kita melangkah dengan optimis sarat harapan. Tinggalkan keraguan di tanah, dan melangkahlah menuju cakrawala yang cerah,” tandasnya.

“Dengan keyakinan yang kokoh, saya ingin kita melangkah bersama menuju hidup penuh kemenangan,tentu hari depan yang cemerlang. Dalam perjalanan spiritual, pandangan kita tertuju pada emas yang melambangkan kesempurnaan ilahi. Seperti burung yang terbang tinggi ke angkasa. Iman mengangkat kita menuju kesempurnaan seperti Kristus,” ujarnya.

Dengan keteguhan iman maka tujuan hiduppun menjadi jelas. Kiranya karya ini membawa kita bersama menuju masa depan yang gemilang, tentu dengan balutan rasa sejahtera, memenggam kemakmuran, dalam kesatuan.  “Sekar Kencana adalah lantunan doa penuh harap untuk melangkah lebih tinggi, melampaui batas, berakhir pada altar kesempurnaan dan kemuliaan,” ujarnya menutup diskusi siang itu.

Ibu dari seorang putra dan dua putri ini telah mempersiapkan sekitar 40 lukisan yang  diagendakan akan digelar pada sebuah pameran tunggalnya. Sekaligus nanti dilengkapi dengan 3 seri buku, satu di antaranya  berjudul “Sekar Kencana.” Semoga…Nilai akan bicara lewat talenta seorang perempuan…

About Gatot Irawan

Check Also

Yang Bermagnet di Honda Culture Indonesia Makassar

Makassar, NextID – Langsung saja ke sasaran, di Special Display Area di ajang Honda Culture Indonesia di …

Leave a Reply