Jakarta, NextID -Melakukan perjalanan mudik lebaran, rasanya kurang komplit jika tidak membawa buah tangan alias oleh-oleh. Apalagi buah tangan yang dibeli rasanya memang khas, unik, enak bahkan jarang ditemui.
Berikut ini beberapa oleh-oleh yang pantas dicari jika para pemudik melitasi jalur selatan. Adapun jalur selatan bisa dimulai dari kota Surakarta, Yogyakarta, Purworejo, Kebumen, Gombong, Wangon dan Cilacap, seperti yang dilalui bersama Peugeot.
Bakpia Pathuk
Bila sedang beranjang sana di kawasan Surakarta dan Yogyakarta, maka ada oleh-oleh bakpia patok. Ini jangan dilewatkan. Salah satunya yang kondang asal Yogyakarta yakni Bakpia Pathuk 25. Bakpia no. 25 ini terbilang lejen dan awal berdirinya ada di tengah kota Yogja.
“Soal rasa, Bakpia Pathuk 25 original tidak berubah sejak dulu. Teksturnya lembut dan rasa kacang hijaunya selalu bikin kangen. Camilan ini bisa beli di beberapa lokasi di tengah kota Jogja. Tapi karena jalan utama Solo yang merupakan jalur selatan, kita bisa sambangi toko di Jl. Laksda Adisucipto KM. 9, Maguwoharjo – Sleman, sehingga pemudik tetap di jalur Selatan,” terang Iman Setiawan salah satu konsumen loyalnya.
Gula Semut
Masih jalur selatan tepatnya di kota Kebumen, Anda jangan sampai tidak beli Gula Semut khas kota ini. Kawasan Kebumen hingga Gombong, buah tangan ini dapat ditemui di toko oleh-oleh.
Sekilas gula organik ini tampak seperti gula merah yang dihaluskan. Tapi gula semut memiliki nilai lebih dibandingkan gula merah pada umumnya. Bila dibanding gula pasir, kadar glikemik gula semut diklaim lebih rendah. Karenanya untuk mencegah diabetes, penggunaan gula semut ini patut dipertimbangkan. Apalagi varian originalnya dibanderol Rp 40 ribuan.
Gula semut dipercaya mampu menjaga kadar kolesterol, kurangi risiko osteoporosis, kesehatan pencernaan serta kesehatan saraf dan fungsi otot. Yang menarik, kini gula semut kini tidak hanya dipasarkan di Kebumen atau secara nasional tapi juga diekspor ke Amerika Serikat, Swedia, Turki, dan Ukraina. Gula semut bukan sembarang gula memang.
Unagi (Sidat Olahan)
Ada oleh-oleh dari Cilacap yang kondang di Jepang, unagi atau warga lokal menyebut sidat olahan. Pelan tapi pasti, unagi asal Cilacap ini sudah “go international”. Jalur antara Kebumen dan Majenang, jika masih ada waktu pemudik bisa ke arah Cilacap. Karena tepat di desa Kaliwungu, Kedungreja, Cilacap, Jawa Tengah, terdapat pembudidayaan ikan sidat yang diolah menjadi unagi.
Unagi adalah salah satu menu favorit di restoran sushi. Makanan ini biasa diolah menjadi sushi atau dipanggang dengan saus dan disajikan sebagai lauk rice bowl (unadon). “Unagi adalah ikan sidat atau belut air tawar dengan daging berlemak. Ada 20 spesies ikan sidat di seluruh dunia. Di Jepang, unagi adalah Anguilla japonica. Sedang di Indonesia punya delapan jenis, namun hanya 2 terpopuler untuk konsumsi dan ekspor, yaitu Anguilla marmorata dan Anguilla bigcolor,” terang Andi Sopan, Manager pembenihan, Koperasi Mina Sidat Bersatu.
Saat ini, Koperasi Mina Sidat Bersatu mewadahi para pembudidaya sidat yang kewalahan memenuhi permintaan ekspor. Pasalnya, mereka diminta menyediakan 10 ton unagi setiap bulan. Tak heran jika koperasi ini membuka fakta tentang unagi di beberapa restoran sushi terkenal di Indonesia, yang ternyata merupakan produk Cilacap. Sidat utuh dihargai sekitar Rp 200.000/kg, shirayaki Rp 350.000/kg, sementara kabayaki yang bersaus dihargai Rp 380.000/kg.
Untuk pemesanan, Anda bisa langsung nomor WA 0812-16490220 dengan Ruddy Sutomo atau membuka laman Unagi Indonesia bagi ingin melihat lebih jauh aktivitas komunitas unagi asal Cilacap ini. Wow...