Jakarta, NextID – Pendidikan! Bicara pendidikan tentu tak sebatas realisasinya di sebuah gedung dengan kurikulum yang baku. Pendidikan banyak alurnya, bahkan tak dipungkiri dewasa ini pendidikan non formal mampu membuka lapangan kerja bahkan kemandirian bagi pelaku.
Berpikir bahwa pendidikan itu bisa dimulai dari berbagai aspek, antara lain dari membaca buku maka bersepakatlah beberapa pribadi yang care terhadap kelangsungan hidup anak bangsa. Mereka menyusun berbagai jenis buku sehat dan dikumpulkan dalam sebuah wadah yang diberi nama “Kebun Cerdas” (KC)
Kebun Cerdas ini bisa ditemui di Denpasar Bali, dengan motor para pendidik, jurnalis, penggiat keterampilan anak, penulis dan para perempuan yang punya keterampilan di bidang keputrian, memasak dan menjahit.
Ehm mumpuni ya kedengarannya. Pasti! Bicara masalah pendidikan tentu tak lagi harus memperhitungkan jarak, tempat dan waktu. Yang digarisbawahi adalah bagaimana pendidikan itu dapat diserap dengan baik dan pesan dari pengajaran itu sampai ke tujuan.
Buku “Motor” Keberhasilan
“Kebun Cerdas” dimulai dengan sajian berbagai bacaan sehat. Buku! Ya, buku. Dengan buku para pembaca tentu bisa “melihat” dunia. Melihat dunia berarti melihat ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Kisah doyan membaca di negeri ini memang tak lagi membanggakan.
Mengutip data Badan Pusat Statistik 2022, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia secara keseluruah berada di urutan 59,52 dengan durasi membaca 4-5 per minggu dan 4-5 buku per triwulan.
Ini sebuah keprihatinan yang dalam tentu, dan Indonesia di nomor urut bawah di antara 62 negera di dunia. Bertolak dari kenyataan ini maka penulis membentuk kinerja dan mengukuhkan waktu mendirikan “Kebun Cerdas” (KC) 4 bulan lalu di Denpasar, Bali.
Dan langkah ini disambut baik oleh pasangan suami istri yang juga pendidik: Ni Putu Ariani dan Harry Premiadi, Tiur Mufrita – pendidik, Bery Akihary – pendidik, plus Hilda Safitri – pengusaha kuliner Dapur Moci’S.
Membentuk sebuah wadah pendidikan tak semudah membuat telur ceplog, namun beban itu akan dirasakan lebih ringan ketika dipikul bersama-sama dengan pondasi kuat memiliki misi dan visi yang sama. Dalam hitungan bulan “Kebun Cerdas” sudah memiliki berbagai judul buku yang datang dari sahabat, kerabat dan keluarga.
Koleksi buku itu antara lain donasi dari Novi Juliani – owner Vito Jaya Sohun di Lampung; Christine Wijaya – Pengusaha Kue Sus Dalvin di BSD; Gol A Gong – Rumah Serang Banten; Central Kristen Jakarta via Herry Saragih; Antaresa Hendita – Pendiri dan Ketua Yayasan Women of Faith Indonesia di Jakarta. Juga, Leksono Santoso – pemilik Gallery Seni di Ubud, Bali.
“Anak-anak punya kepekaan hati yang sulit untuk dipungkiri. Itu sebabnya pembentukan karakter harus dilakukan sejak dini melalui membaca salah satunya. Ke depan tentu kita punya kerinduan untuk melebarkan sayap pendidikan, termasuk hadirnya panggung boneka dan pengenalan anak terhadap lingkungan,” ujar Harry Premiadi.
Dia melanjutkan, “Tak hanya usia anak namun juga usia pelajar dan mahasiswa karena merekalah yang akan memegang tongkat estafet itu nantinya.Ini akan lebih menguatkan langkah dan sikap kerja saya untuk bergandengan tangan maju bersama dalam kinerja “Kebun Cerdas” dan ruang lingkupnya,” tandasnya.
“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan kamu bisa mengubah dunia,” kata Nelson Mandela. Pendapat jitu ini senada dengan yang ditegaskan oleh Jhon Dewey bahwa “Pendidikan bukan persiapan untuk hidup, tetapi pendidikan adalah hidup itu sendiri.”
Itu sebabnya selain mempersiapkan berbagai bacaan sehat untuk mereka yang suka membaca, tim kerja di “Kebun Cerdas” pun akan membentuk konsentrasi anak lewat panggung boneka. Anak bisa dibentuk konsentrasinya dengan suasana yang mereka sukai. “Mereka bisa lebih santai dengan suasana bermain,” ujar Harry.
Menurutnya, melalui boneka maka donggeng-dongeng menjadi lebih menarik. Di sanalah sembari disematkan makna pendidikan itu sendiri dalam jiwa anak, tanpa harus merusak dunia bermain sang anak. Pada tahun 2007 lalu Harry sudah terjun ke dunia dongeng anak dan tentu karakteristik pendidikan melalui panggung boneka tunak baginya.
Tak menutup mata, saat ini dunia baca dan dunia permainan anak tradisional sudah terpinggirkan walau tak dapat dikatakan punah. Ini juga salah satu alasan mengapa “Kebun Cerdas” hadir dengan segala keberadaannya yang masih sederhana. Masih terus menata kelola format kerjanya.
Berkembang Secara Holistik
Menyikapi munculnya “Kebun Cerdas” dengan agenda kerjanya ini maka DR. Fajar Sidiq Sukirnanto, pendidik, penulis, sekaligus kurator itu berpendapat bahwa secara keseluruhan, pendidikan membaca dan panggung boneka relevansi membantu anak anak untuk berkembang secara holistik. “Itu akan mempengaruhi kemampuan, membaca, meningkatkan kecerdasan, keterampilan sosial, imajinasi, dan pemahaman budaya anak,” tuturnya.
“Dengan membaca akan membentuk karakter seseorang karena buku memiliki kekuatan untuk mempengaruhi, pikiran dan persepsi seseorang tentang dunia. Untuk diingat, dalam membaca tidak secara otomatis membentuk karakter seseorang. Perlu seseorang untuk melibatkan di kehidupan sehari hari secara aktif di dalam refleksi dan pemahaman mengambil langkah kongkrit untuk menerapkan pembelajaran dan membaca,” tandas Fajar.
Sungguh bahwa tujuan pendidikan itu mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemampuan serta memperhalus perasaan. Alangkah jitunya ketika tiga hal ini diterapkan sedini mungkin, dalam peringkat yang paling mendasar yaitu di usia kanak-kanak. Demikian juga landasan kerja “Kebun Cerdas.” Semoga!
(Martha Sinaga)