Jakarta, NextID – Rasanya tidak ada yang bisa menyangkal, pengalaman hidup membuat kita lebih menyerap pelajaran. Pelajaran ini lantas disikapi untuk melangkah ke depan. Memang sih, bisa saja terjadi ada kekuatan di satu bidang, tapi di bidang lain kita tak berdaya dan mengharapkan kehadiran orang lain untuk membantu. Saling bantu dalam berbisnis itu juga menjadi kenyataan yang bergulir deras saat ini.
Adalah perempuan gigih Adelaida Koraag (54) yang belasan tahun bekerja di usaha yang menawarkan jasa untuk perjalanan. Asam garam dalam bekerja sudah dirasakan. Jeda hanya sejenak, setelah dia resign kemudian membuka usaha yang memang dipahami dan disukai.
“Dalam bekerja satu hal yang saya garisbawahi jangan ambil rasa sukacita dalam diri saya. Itu dulu deh,” tegas puan jebolan National Hotel Institute (NHI) Bandung, Jurusan Tour & Travel Management itu.
Ibu dari Adrian Octavianus tersebut terkesan halus dalam berkata, namun keras dalam bekerja. Buktinya, di beberapa perusahaan ia telah menyerap daya karya selama 34 tahun. Cukup kan bekal untuk bekerja atau buka usaha sendiri. Maka, pada 23 Maret 2022 ia membuka usaha travel yang berbadan hukum. Usaha yang asyiek untuk diingat, “Blessing Adelle Travel.”
Keuletan itu pula yang pada akhirnya dalam waktu singkat, Adel, begitu ia sering disapa mampu membuka biro jasa perjalanan. Tak hanya dalam negeri namun juga untuk jasa perjalanan luar negeri. Sebut saja, melayani rute international tujuan Singapura, Kuala Lumpur, juga Jeddah, Madinah, dan sudah tentu negara-negara di Eropa.
Ketika melakukan perjalanan dan bertemu dengan banyak orang yang beragam karakter, sikap dan habit, tentu Adel merengkuh banyak kisah dan memperluas pengalaman. So pasti itu menjadi bekal diri ketika harus membuka usaha yang berbentuk jasa perjalanan seperti sekarang ini.
Prioritas untuk Bersyukur
Awal Covid-19 menerpa, banyak perusahaan gulung tikar. Tak terkecuali usaha menjual jasa. Itu juga salah satu penyebab Adele mengambil sikap mengunduran diri dari perusahaan tempat bekerja sebelumnya. Walau jeda dalam kurun waktu dua tahun, tak berlama-lama rasanya untuk berdiam diri. “Toh setiap kejadian ada maksud Tuhan. Manusia harus bagaimana dan berbuat apa,” ceritanya.
Dalam kesempitan itu Adele tetap bersyukur. Pasalnya ia masih diberi ruang untuk berpikir dengan tenang. Mau apa dan dimulai dari mana? “Saya bersyukur masih sehat. Dalam rasa syukur ini saya pakai waktu untuk bangkit, kemudian menciptakan pekerjaan. Dengan begitu dapat membantu para sahabat. Kami bahu membahu berusaha keras. Tak mudah memang, tapi dalam keberserahan total dan melalui kerja keras akhirnya usaha bisa dijalankan, dan sedikit demi sedikit saya bangkit hingga hari ini,” tegasnya.
Ia sudah berpengalaman di bidang pekerjaan ini, maka rasanya tak terlalu sulit jika menata kembali. Hanya memang tantangan terbesar adalah setiap gerak dan langkah untuk bepergian masih dimonitor keras oleh pemerintah, tapi bukannya tidak mungkin keberhasilan digenggam jika semua sudah dikalkulasi dengan jitu.
Seperti yang Samuel Johnson katakana, orang yang bisa menggunakan dan menyimpan uang adalah orang yang paling bahagia karena ia memiliki kedua kesenangan itu. Dan itulah yang juga dialami oleh Adel yang masih sempat mengikuti beberapa agenda yang bersinggungan dengan seni dan budaya di negeri ini.
Soal agenda yang bersinggungan dengan seni dan budaya, memang dia memberi waktu untuk hal-hal itu. Bergabung dalam komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia, juga turut serta dalam kelompok kulintang, dan grup senam sekaligus menari ala Nusantara.
Memang hidup harus seimbang. Bagaimanapun memiliki sebuah usaha tak mudah. Terkadang memeras pikiran. Nah untuk itu dibutuhkan masa rileksisasi. Semisal dengan kegiatan di luar koridor pekerjaan utama.
Olah Hati
Dalam jiwa yang sehat ada sportivitas yang mumpuni. Ternyata sejak lama Adelletelah menjadi pemain Timnas untuk olahraga Korfball, . tepatnya tahun 1987. Saat itu ia memperkuat tim untuk Korfball World Championship di Belanda. Lalu berlanjut di tahun 1994, dia kembali bermain di Adelaide, Australia.
“Sebuah pengalaman yang indah. Sebab pada tahun 2011 saya mengikuti World General Meeting di Shaoxing dan terpilih sebabagi Vice President International Korfball Federation (IKF) Asia selama 4 tahun dari 2011. Puji syukur saya terpilih kembali di IKF Asia Meeting di Hongkong periode 2015-2019,” paparnya.
Perempuan bertubuh semampai itu melanjutkan kisahnya, ketika ia mengikuti Korfball Worl General Meeting di Portugal, diputuskan pula permainan Korfball ke 4 di mana Indonesia terpilih sebagai tuan rumah untuk Kejuaraan Asia Usia 12- 16 dan Usia 19. Korfball dimainkan oleh 8 orang, terdiri dari 4 lelaki dan 4 perempuan. Luas lapangan 20 m x 20 m.
Dia bertangan dingin mencetak prestasi di dunia olahraga. Tentu punya dampak ketika ia membuka lapangan kerja atas usaha travel yang ditekuninya saat ini. Kedua lapangan pekerjaan ini bersentuhan dengan banyak kalangan, bahkan skalanya sudah lintas benua. Terkesan semua yang sudah berhasil diraih tak membuatnya tepuk dada menghadapi banyak lingkungan. Sikap mau mendengar, erat terlihat di kepribadian Adel.
Setidaknya lingkungan yang kini akrab dengan hari-harinya yaitu komunitas dan kelompok Perempuan Berkebaya Indonesia. Kenyataan itu kembali menggiring Adel bersinggungan dengan lapisan masyarakat sosial yang luas. Sikap melayaninyapun kembali terasah.
Menjadi bijak dari sisi kemanusiaan merupakan bagian dari sikap hidup. Setiap langkah pasti ada tantangan, namun itulah yang membuat seseorang bertumbuh dan berkembang dalam menjalani usahanya.
Menjadi bijak tak semata karena menyerap ilmu dari bangku akademis, namun belajar banyak dari sisi-sisi kemanusiaan, begitu kesan yang muncul sehabis diskusi dengannya. Bukankah kecerdasan tak semata karena hebatnya otak tetapi juga ada kecerdasan emosi, kecerdasan hati yang berinteraksi dengan pikiran. (Martha Sinaga)