Sunday , 24 November 2024
Home / LifeStyle / Leisure / Art / “Taman Hati” – Dua Seni Bersukma Kasih
Buku yang menarik, memadukan karya lukis dan puisi prosa karya Antaresa Hendita. Ist

“Taman Hati” – Dua Seni Bersukma Kasih

Oleh Martha Sinaga

Jakarta, NextID – Belakangan ini berlapis  berita yang kontennya memasgulkan hati bahkan menimbulkan kisruh silih berganti. Maka ketika pada Sabtu pagi,  23 Juli 2022 hadir sebuah buku kumpulan lukisan bunga disertai kelengkapan dari larik puisi karya Antaresa Hendita (55 tahun) muncul, ehm bagai oase di tengah panasnya gurun, yang hari itu menjadi momen penting karena hari kelahirannya. 

Apalagi ketika buku apik 130 halaman, terdiri dari 55 lukisan dan 55 puisi dengan judul “Philosophy of Flowers” ini digarap serius dan profesional. Sebut saja, didesain oleh Lans Brahmantyo dan editor Yvonne Imelda Hubner. Dorongan untuk menyimak, menelaahnya hingga lembaran akhir itu so pasti.  

Antaresa Hendita dengan salah satu lukisannya. Ist

Buku yang diterbitkan Afterhous Books (Jakarta) semakin “tebal” artinya ketika dijelaskan hasil penjualan lukisan yang tertera di lembaran buku akan dilelang, dan hasilnya diserahkan sebagai bantuan untuk masyarakat di Tarutung, Sumatera Utara oleh Yayasan Women of Faith Indonesia.

Antaresa Hendita adalah pendiri dan pembina dari yayasan tersebut yang menaungi Pelayanan Women of Faith Ministries. Kinerjanya adalah pemulihan, edukasi dan pertumbuhan kaum perempuan Kristiani di Indonesia dalam menjalankan perannya, sebagai motor keluarga, sesama, juga tugas bagi hormat kemuliaan-Nya.

Bincang dengan Antaresa Hendita yang lebih akrab disapa dengan Dita terjadi beberapa hari sebelum peluncuran dan lelang buku dilakukan. Tertangkap tujuan buku ini hadir antara lain pencapaian dan pemahaman serta penerapan Dita atas kemerdekaan hidup yang sejati itu adalah melakukan pelayanan terhadap sesama. Ehm, ini tentu mendedahkan arti ajaran kasih yang ia terima dan pahami itu sebagai sebuah  anugerah. Anugerah itu lantas mengokohkan langkahnya untuk berbagi. Kali ini ia berbagi lewat talenta yang Tuhan percayakan yaitu melukis dan menulis.

Dua karya seni yang direnda apik dalam caranya menyampaikan pesan hidup adalah berbagi. Yuk kita lihat untaian puisi prosanya yang dikerjakan selama masa Covid melanda. Ketulusan berbagi kepada sesama tentu mengharuskan ibu dengan dua putri dan satu putra itu menanggalkan ke akuannya, agar apa yang ia kerjakan bermanfaat bagi sesama. Nilai-nilai itu bisa dirasakan juga dari  penggalan larik puisinya. Kita simak…

Buku disusun sedemikian rupa sehingga terkesan anggun dan berisi. Ist

Bagaikan bunga,
yang harus terus disiram untuk bermekaran
iman perlu terus menerima siraman Firman Tuhan
untuk bertumbuh kuat dan berbuah
di dalam perbuatan…
(hal 116)

Halaman sebelumnya (hal 70) Dita menulis
Anehnya,
bukankah lebih banyak yang memilih
mengikuti cara dunia?

Lebih jauh Dita menuliskan pesan melalui bahasa kalbu ini, hampir di semua puisi prosanya.

Bagaimanakah caranya jiwa yang kering dan merana
dapat bersukacita dan bersorak bahagia?
Seperti bunga mawar yang lebat di padang belantara
Bermekaran indah
Menyebarkan wangi ke alam semesta?

Dapatkah sukacita bersumber dari dunia
dan isinya dengan segala gemerlapannya?
Ataukah
Semata di dalam perkataanNya?
yang lebih berharga dari emas tua,
lebih manis daripada madu tetesan dari sarang lebah,
dan membuat mata bercahaya karena bahagia

Lalu mengapa
kita masih saja mencarinya
dari sumber yang salah?

Inilah karya lukis Dita yang dibukukan. Ist


Susunan diksi yang mudah dicerna terkesan dipilih Dita, sehingga merancukan multi tafsir pada umumnya yang hadir pada karya puisi. Tulisan yang memungkinkan rasa saling memberi, saling berbagi yang didasari oleh perkataan-Nya. Peradaban kedamaian dunia sering menjadi kerinduan banyak filsuf, segunung penulis, mengingat karya tulis itu akan tersebar ke banyak lini kehidupan. Mungkin itu juga yang ada dalam benak Dita, setiap tulisannya ada makna mengingatkan. Dalam mengingatkan itu ada nilai keselamatan dan berbagi.

Romo Drijarkara mengatakan, menulis filsafat akan nyaman dibaca dan mudah dicerna umat jika penulisan itu memilih kata yang simpel. Rasanya begitu juga prosa berirama yang ditulis oleh Dita. Nyaman dibaca dan menggiring untuk  lebih mencerna hingga akhir dari lembaran kumpulan bahasa sastra lama itu.

Tak berlebihan jika dikatakan dalam menyampaikan pesan Dita menjelaskan kebenaran bukan “menciptakan“ kebenaran, karena memang sebuah karya tulis sangatlah memungkinkan menciptakan sebuah peradaban perdamaian, dan itu  disebarkan keseluruh arah.

Sebagaimana yang dikatakan novelis yang juga musikologis dan essayis, bahwa sebuah tulisan akan menyuarakan yang tak bersuara namun membahasakan nurani yang terkubur hidup-hidup. Keadilan itu bisa bersuara lewat bait puisi, dan itu adalah keadilan berkarya yang eksitensial. Jika tidak maka peradaban akan terluka. Tentu 55 puisi prosa Dita dalam buku ini menjurus ke sana.

Dua Keindahan dalam Satu Jiwa

Keindahan akan menjadi gerbang, menjadi warna sekaligus menjadi kumpulan makna yang dihayati.
Tak meleset jika dikatakan dua keindahan antara lukisan dan bahasa kalbu ini terangkum menjadi satu. Keindahan yang diciptakan adalah sebuah taman lukisan penuh rona. Itu terlihat dari gerak lentur imajinasi, bahasa hati dan gerak jemari kecerdasan seorang perempuan.

Taman lukisan ini sarat kasih, terkesan dari gurat lukis kelopak demi kelopak bunga yang disajikannya. Pemilihan warna tentu menyiratkan kekayaan imajinasi dan kepekaan sang pembuat lukisan itu sendiri. Jika puisi itu sarat makna maka lukisan yang dihadirkan pun demikian. Tentu saja tak ada satu area atau kawasan dikatakan taman atau kebun jika ditumbuhi hanya satu jenis bunga. Sama dengan tak ada makna berbagi jika itu hanya dilakukan terhadap satu golongan, bukan?

Taman Hati, itu yang tersirat dari paduan antara karya lukis dengan karya sastra . Kembali simak halaman 60 dari buku Philosophy of Flowers ini,

Tanpa perkataan bunga
menyebarkan keharumannya
menciumnya menciptakan senyuman
dan rasa bahagia

Bagaimana dengan kita?
Kehadiran kita menciptakan apa?

Lembaran lain juga sarat keindahan. Ist


Ada warna kehidupan, ada sikap yang harus diambil. Bersikap dalam diam. Berbuat banyak hal yang diperlukan sesama. Mahaguru Universitas Loyola Chicago Amerika Serikat, menyatakan seseorang harus bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah saya sungguh-sungguh sudah “melupakan” diriku sendiri?” Maksudnya, sebelum menyebar wangi bunga, apakah kita sudah memiliki saripati wewangian itu? Seperti Khalil Gibran katakan bahwa kasih itu sebuah ketulusan, karena itu mengasihi tak butuh timbal balik selain mewarisi cinta kasih itu sendiri.

Keindahan adalah ukuran yang mudah dikenali oleh seseorang yang mencintai. Dita mengasihi dan mencintai Tuhannya, maka karena Sang Khalik itu indah maka ia menciptakan karya lukis penuh pesona, berbalut puisi sarat makna di tengah dunia yang berkecamuk dan carut marut ini. Rasanya keindahan yang disajikan Dita lewat bukunya ini mewakili kata-katanya bahwa yang terluka yang hilang yang rapuh semua bisa dipulihkan lewat satu keindahan, kasih.

Keindahan, ketulusan, penyucian tentu merupakan karakter dari kasih itu sendiri. Setiap insan idealnya mengintropeksi diri adakah yang dilakukan selama ini yang dianggap cinta kasih kepada Tuhannya dan sesama, bahkan terhadap alam ciptaan-Nya merupakan bentuk cinta kasih atau bukan? Dita melalui buku ini mengajak banyak pihak untuk berbagi. Mengaplikasikan hidup dalam cinta kasih yang sesungguhnya. Bukan begitu mbak Dita?

Dita menulis

… Bagaimana dengan kita sendiri
sudahkah kita menjadi sumber inspirasi
yang berdampak dan mempengaruhi
bahkan menjadi simbol cinta kasih

Jika belum, tidakkah ingin bertanya
“Kalau begitu, apa gunanya aku ada?”


Menuju dan berdiam di “Taman Hati” akan memetik buah yang ranum, dan tentu setelah memastikan akar pohon melekat kuat.

Buku “Philosophy of Flowers” karya Dita. Ist

About Gatot Irawan

Check Also

GJAW 2024, Upaya Bangunkan Pasar Otomotif

Jakarta, NextID – Pameran otomotif tahunan yang diinisiasi oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) …

Leave a Reply