Jakarta, NextID – Padang nan hijau sudah menciptakan kenikmatan tersendiri, plus motivasi hidup semakin tebal di kala kebun itu sendiri bisa memproduksi dan menghasilkan nilai ekonomi yang mumpuni. Jika sudah begini maka akan bergeser pendapat bahwa mencari pekerjaan itu sulit. Pasalnya, jika ada kemauan, tekun, kerja keras dan konsisten, nilai rupiah bahkan dolar itu bisa mengisi pundi-pundi sesuai yang diinginkan. Kenyataan ini menunjuk pada kebenaran kalimat yang mengatakan, di mana ada kemauan di situ ada jalan.
Keberhasilan dalam mengolah tanah menjadi ”emas” itu bisa diintip dari hasil tindak cerdas, perkebunan vanila milik pasangan Gabriella Dianne Pricilia – Rommy Senduk di Manado, Sulawesi Utara. Sementara M Rusli – Nurlela yang membuka lahan untuk berbisnis tanaman hias, khusus segmen pembeli kelas atas. Lahan hijau dan cantik itu bisa ditemui di Ciapus, Bogor, Jawab Barat. Acungan jempol buat dua pasang pebisnis muda ini karena berhasil menembus pasar ekspor!
Apa sih menurut mereka soal bisnis tanaman ini? Pemikiran apa kok pada akhirnya memutuskan untuk masuk di bisnis yang terkesan “mudah” namun nyatanya tak semudah teori. Inilah kata mereka.
Kita yang Terbaik
“Semula memang orangtua kami yang menjalankan perkebunan vanila ini, namun tentu dengan cara yang sederhana dan konservatif. Nah, kami generasi sekarang tentu lebih bisa membawa hasil kebun ke pasar dengan menggunakan teknologi yang ada saat ini. Misalnya, medsos atau jejaring online lainnya, maka percepatan penjualan dari hasil produksi bisa lebih cepat,” sibak Diana begitu ia lebih akrab untuk disapa.
Perpaduan antara ketekunan orangtua dan kepintaran, plus kejelian pasangan muda ini ternyata berbuah manis. Hasilnya, mereka mampu menembus pasar ekspor di lima negara. Melihat permintaan pasar yang terus menerus meningkat maka lahan kebunnya yang kini seluas 2 hektar, akan segera dikembangkan. Tentu dengan pengembangan ini jenis maka jenis olahan vanila pun akan bertambah.
“Kini, kami sudah memproduksi dalam bentuk cairan, yaitu untuk campuran kopi, teh, dan sirup. Juga bubuk untuk campuran bahan adonan berbagai kue agar cita rasanya lebih harum. Jika adonan kue tersebut memakai telur maka bau amisnya dapat diminimalisasi. Selain itu ada beans yaitu berbentuk biji untuk campuran berbagai macam kue,” begitu Diana menyibak peruntukan vanila yang diproduksinya.
Ia mengakui bahwa sejauh ini vanila yang keluar dari kebunnya kualitas premium. Mengingat tanaman yang satu ini tumbuh baik di dataran beriklim tropis maka Diana berharap lahan mereka akan terus bertahan dengan kualitas yang terbaik.
Alam Indonesia memang menjanjikan, tinggal bagaimana mengelola dengan tepat guna. Sungguh alam Nusantara multi guna dan itu tak terbantahkan. Pemikiran seperti itu juga yang muncul di benak mereka dan keluarga. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi “Alam memberikan sesuatu yang cukup untuk manusia, terkecuali manusia itu serakah.”
Diana menegaskan, ingin mengedukasi masyarakat luas bahwa vanila yang dikenal di pasar selama ini bukanlah asli. “Sembilan puluh persen vanila yang beredar di Indonesia saat ini sintetis, bukan asli. Ya, setiap ada kesempatan di pertemuan formal dan informal, informasi itu disampaikan agar masyarakat teredukasi,” beber Diana dalam misinya ke depan.
Menurutnya, dianalogikan vanila itu seperti garam pada masakan. Tanpa garam, masakan jadi hambar. Vanila pun fungsinya dapat meningkatkan rasa enak pada adonan, dan di saat sama mampu menghilangkan bau amis telur di dalam baking.
Bisnis Yang Mumpuni
Kabut masih menyelimuti kawasan Tamansari di Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Para pekerja di kebun sudah mulai dengan aktivitasnya. Begitu juga dengan pasangan yang memilih alur bisnis tanaman hias M. Rusli – Nurlela. Hampara hijau di kediamannya menarik pelatuk semangat diri untuk melakukan yang sama. Ia melakukan pembibitan, penanaman hingga mengatur estetika. Nilai dari tanaman itupun menarik perhatian. Sementara istrinya, Nurlela, berada di alur penjualan hingga eskpor. Klop. Panci ketemu tutup.
Apa jenis tanaman yang dibudidayakan Iyus, begitu sapaan untuknya. Nah, pasti tanaman yang digandrungi pasar saat ini. Antara lain Philodendron burlemax, Anthurium dresleri, Anthurium silver blush, Anthurium clarinervium, dan Raphidophora foraminifera. Umumnya jenis-jenis digandrungi kolektor tanaman. “Tetapi saya juga menjual berbagai jenis Aroid karena peminat pasar sedang tinggi,” sibak Iyus.
Ia menambahkan, dalam bisnis tanaman hias harus jeli melihat minat pasar yang terus berganti. Tapi diakui untuk saat ini tanaman Aroid seperti philodendron, anthurium, alocasia, hamalomena adalah jenis tanaman hias yg diminati deras. Walau ia mengaku untuk harga saat ini tak sebagus di kala Covid-19 melanda, di mana masyarakat ”menggila” menyerbu tanaman hias dengan harga yang tak masuk di akal sehat pada umumnya.
“Harga tanaman untuk saat ini cenderung turun, karena jenis tanaman-tanaman sejenis mudah didapat dan dikembangkan. Hanya saja ada tanaman jenis Aroid yg harganya masih bertahan seperti, varigata Philo, Alocasia, Anthurium dan lain-lain,” tegasnya lagi.
Dengan kenyatan ini maka tantangan yang untuk terus mengembangkan beragam jenis mutlak dilakukan, jika masih ingin berbisnis di bidang itu. Untuk itu banyak hal kreatif yang dilakukan Iyus, salah satu membuat ‘tanaman baru’ dari persilangan. Ini sudah berhasil dan perkara harga jual sepertinya Iyus bebas menentukan. Nah..!
Bisnis tanaman hias tetap langgeng dan saat ini Ciapus masih terus menjadi sentra tanaman hias. Ini berkat semangat anak-anak muda di sana yang senantiasa berinovasi. Tak perlu khawatir kapan hobi itu berakhir.
Tumbuh dan indahnya satu jenis tanaman itu ditentukan oleh media dan cara perawatannya. Jika dihitung perkiraan waktu dari bibit hingga bisa terjual setelah 3-4 bulan, memang butuh kalkulasi matang. Yang pasti pasangan ini sudah menembus pasar ekspor. “Para pelanggan saya berasal dari berbagai kalangan,” ujarnya, sembari menyebut iklim bisnis tanaman tidak ajeg, kadang naik kadang turun.
Peran Orangtua
Baik Diana maupun Iyus, belajar mengenal alam lebih dalam dari orangtua mereka. Keluarga berperan besar membentuk karakter anak-anaknya hingga mampu bertahan hidup. Cerita Iyus, ayahnya yaitu Ulih Sunardi dikenal sebagai pakar tanaman hias dan tokoh lingkungan sejak dulu. Jasanya bahkan digunakan oleh beberapa kalangan yang berbisnis tanaman di Ciapus . Dari sang ayahlah Iyus memetik kearifan lokal yang diajarkannya.
Lagi dan lagi tanaman memang menabur kesehatan. Lingkungan terjaga, oksigen mencukupi. Tatanan alam Indonesia merupakan lahan pangan yang tak putus, asal jangan dikuasai tangan-tangan serakah. Eksotisnya alam Indonesia akan memicu semangat dan harapan orang-orang kreatif.
Ada idiom yang mengatakan, penulis akan menjadi penting jika rangkaian kata yang ditulis itu penuh makna. Pebisnis pun akan menjadikan dirinya penting jika barang dagangannya berkualitas prima dan dicari-cari. Petani tanaman akan juga menjadi penting jika menggunakan lahan atau bumi dengan sehat dan ramah lingkungan. Dari kecerdasan itulah akhirnya dimampukan untuk meracik hasil yang mumpuni.
Seperti yang dilakukan pasangan pengusaha Diana dan Rommy, atau Iyus dan Nurlela. Mereka memiliki keseimbangan yang cerdas antara otak dan hati. (Martha Sinaga)