Jakarta, NextID – Meskipun dampaknya belum memperparah komoditas kopi, namun Laporan International Coffee Organization (ICO) awal April ini menunjukkan sedikit penurunan ekspor kopi yaitu sekitar 3,2%. Ada isu residual yang menyertai, yaitu: cuaca ekstrim, pandemi Covid-19 dan rantai pasok global akibat perang Rusia-Ukraina.
Dari beberapa diskusi dengan para pelaku kopi nasional minggu lalu tercatat, para pengusaha kopi Indonesia memiliki beberapa strategi agar produk kopi tetap jalan mengingat harga kopi di luar negeri masih tinggi, sementara kebutuhan kopi di dalam negeri semakin besar.
Sebenarnya ekspor kopi Indonesia ke Rusia tahun 2021 cemerlang. Sempat mengalami lonjakan kenaikan sebesar 180%, yakni dari USD 21 juta (tahun 2020) menjadi US$ 36,7 Juta (2021). Untuk kopi spesialti yang paling banyak adalah Tanamera Coffee. Sedangkan untuk kopi komersial pengekspornya adalah PT Mayora dan Torabika.
Bagaimana cara pengusaha mengatasi situasi ini? Renata Bucvik Letica, dari Tanamera Kopi menyatakan, situasi di dunia mempengaruhi harga. Harga naik, tetapi kualitas kopi belum tentu naik, jadi ada diskrepansi di pasar.
”Kita diuntungkan saat ini mulai banyak lembaga internasional yang mengadakan riset tentang kopi spesialiti di Indonesia. Selain ragam kopi single origin di Indonesia yang bervariasi, kaum millennial juga bisa membedakan kualitas tinggi dengan biasa,” kata Renata, baru-baru ini.
”Ada dua trend yang kami lihat. Pertama, masyarakat sudah sadar bahwa kopi impor saat ini mahal. Kedua, beberapa perusahaan besar sudah semakin banyak yang fokus kepada riset kopi spesialti”, kata Renata.
Jadi sementara ekspor ke negara yang berkonflik masih menunggu pulihnya pasokan, pengusaha kopi perlu mengincar peluang di negara lain. Dalam waktu dekat ini Tanamera akan membuka gerai ke-5 di Singapura, begitu katanya.
Kebutuhan Meningkat
Paul Wouters pengusaha blend coffee Bulearabika di Jakarta mengatakan, saat ini permintaan kopi di dalam negeri sedang meningkat pesat. Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan kopi Arabika dan Robusta. Sedikitnya Paul memiliki 80 jenis campuran kopi asli Indonesia termasuk kopi dampit dari kawasan Blitar yang tak banyak orang tahu. ”Kopi dari tanah Jawa, Sumatra, Bali, Aceh, semuanya berbeda-beda dan itulah keunikan Indonesia,” kata Paul Wouters.
Pengusaha lain Ivan Hartanto bersama perusahaan kopi nasional lainnya mengikuti pameran-pameran spesialti kopi terbesar di Boston, Amerika Serikat (AS), bertajuk Specialty Coffee Expo (SCE), pada 6-10 April minggu lalu. ”Kesempatan baik bagi kita untuk lebih memperkenalkan kopi premium kita yang memang sudah dikenal sejak lama,” ujar Ivan yang selama ini telah sukses mengekspor kopi ke pantai barat AS dan Inggris.
Dalam pameran yang berlangsung di Boston Convention and Exhibition Center, AS, produk kopi spesialti Indonesia disebut berhasil mendapatkan apresiasi para pencinta kopi dunia.
Adapun produk kopi yang mendapatkan permintaan di festival kopi di Boston tertinggi berasal dari Jawa Barat, Gayo, Mandailing, Luwak, Toraja, dan Bali.
Keterangan ini dikuatkan oleh Karo Hukum dan Kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM Henra Saragih. ”Kami memfasilitasi UKM Indonesia yang bergerak di bidang usaha kopi untuk memperluas akses pasar ke AS. Ini juga membuktikan produk specialty coffee Indonesia mampu bersaing dan diminati konsumen, khususnya pasar Amerika Serikat,” kata Henra Saragih, pertengahan April lalu.
Pada ajang SCE 2022, Caldera Coffee mendapatkan pembeli potensial dari Argentina dengan nilai potensial transaksi mencapai Rp 157 miliar untuk produk kopi Toraja, Bali, Mandailing, Jawa, dan luwak.Sebagai tindak lanjut, ketiga pembeli tersebut dikatakan bakal berkunjung ke perkebunan Java Halu Coffee di Jawa Barat pada Mei 2022 untuk melaksanakan survei dan kontrak dagang.
”Importir tertarik kopi Indonesia karena kita penghasil kopi berkualitas. Masalahnya bagaimana supaya proses itu menjadi semakin efisien. Apakah dibantu dengan mesin dan digitalisasi. Tetapi yang jelas keuntungan ini tidak saja dimiliki pengusaha tetapi juga petani. Kita perlu terus mengedukasi petani kopi,” pungkas Ivan.
Dari perkembangan di atas dapat disimpulkan, meski saat ini di Eropa masih terjadi perang namun pengusaha kopi mempunyai beberapa kiat agar tetap jalan. Pertama adalah secara aktif mencari market niche di kawasan lain. Kedua penjualan di dalam negeri ditingkatkan, karena demand naik. Dan ketiga, pengusaha kopi rajin mengikuti acara business events di luar negeri.
Tidak bisa dipungkiri peranan besar Perwakilan RI. Menurut KBRI Moskow pangsa pasar kopi premium Indonesia sangat menjanjikan di Rusia. Konsumsi kopi di Rusia mencapai 1,7 kg/orang setiap tahun, atau bila dikalkulasikan kebutuhan kopi di Rusia mencapai 241.608 ton/tahun. Kopi sendiri merupakan salah satu produk ekspor unggulan Indonesia di Rusia yang menduduki urutan ketiga, setelah kelapa sawit dan kopra pada tahun 2013-2019,” beber Wakil Dubes RI Azis.
Menurut data, SCE 2022 telah diikuti oleh lebih dari 40 negara, menampilkan lebih dari 420 exhibitors. Pameran yang berlangsung selama 4 hari ini telah dihadiri 10.000 pengunjung. Melalui ajang bergengsi ini, peserta pameran membawa produk-produk unggul dan menampilkan inovasi terdepan untuk kopi spesialti.
Pameran Kopi SCE tahun 2023 mendatang akan diadakan di Portland, Oregon, pada 20 – 24 April 2023, dan di Chicago, Illinois, pada 11 – 14 April 2024.
(Sumber: Kementerian Luar Negeri).