Teknologi masa depan “DRIVE WISE” dari Kia memang belum terlalu disadari penggunaannya. Selain terlalu canggih, untuk saat ini belum diperlukan. Namun ke depan di mana persoalan lalu lintas makinm kompleks maka teknologi itu diyakini menjadi kebutuhan. Tapi bagaimana cara kerjanya sehingga pengguna bisa lebih merasa aman dan nyaman?
Teknologi DRIVE WISE bekerja dengan cara memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara pengemudi dan kendaraan dengan inovatif fungsi baru Human Machine Interface (HMI) , seperti gesture control, fingerprint sensors dan smart-device connectivity.
Ditampilkan dalam layar I-Cockpit khusus di CES, generasi terbaru HMI dari Kia ini didasarkan pada konsep blind control dengan fingerprint touchpad dan gesture recognition yang digunakan untuk mengoperasikan kontrol mobil. Secara otomatis mengenali preferensi pengemudi pada saat start up – berdasarkan sidik jari atau smartwatch pengemudi- mobil dapat segera mengubah suasana kabin untuk pengemudi sesuai dengan musik kesukaan mereka, suhu ac yang lebih disukai serta jenis informasi yang ditampilkan pada panel instrumen.
Bahasa tubuh pengemudi dikenali oleh I-Cockpit jika mereka ingin mengubah pengaturan apapun dalam kabin, tanpa harus menjauhkan mata mereka dari jalan di depan.
Dana yang diinvestasikan oleh Kia sejak awal sebesar US$ 2 miliar pada tahun 2018, yang memungkinkan perusahaan untuk mempercepat pengembangan teknologi DRIVE WISE. Uji coba dilakukan di Nevada, salah satu negara bagian Amerika Serikat, yang diberikan lisensi khusus untuk menguji teknologi baru di jalanan umum.
Semua kendaraan listrik Kia Soul EV (mobil listrik pertama yang dijual secara global oleh Kia) bertindak sebagai alat pengujian merek untuk pengembangan teknologi Drive Wise generasi terbaru, yang dibutuhkan untuk jalan-jalan di sekitar Death Valley.Menurut kabar, kendaraan fully-autonomous akan dipasarkan dalam jangka waktu 15 tahun ke depan
Kunci dari teknologi Kia ini merupakan pengembangan sistem komunikasi vehicle-to-everything (V2X). Supaya Kia dapat memajulan teknologi partially-autonomous ADAS yang cukup jauh sehingga dapat membawa ‘self driving car’ yang sesungguhnya ke pasar di tahun 2030. Maka V2X harus sepenuhnya terintergarasi ke dalam lingkungan nyata mengemudi dan dapat bereaksi selayaknya pengemudi manusia.
V2X mengaplikasikan serangkaian sensor, radar, LiDAR (Light Detection and Ranging) dan kamera eksternal untuk memahami lingkungan sekitarnya, selayaknya pengemudi manusia. Sistem ini menggabungkan teknologi kendaraan dengan kendaraan (vehicle to vehicle atau V2V) dan kendaraan dengan infrastruktur (vehicle to infrastructure atau V2I), memungkinkan mobil untuk mengenali, menilai, dan mengontrol setiap sekenario mengemudi, rintangan atau potensi bahaya. (tot)