Jakarta, NextID – Dalam berbisnis yang sulit adalah waktu untuk memulainya. Ketika mendapat kuncinya maka selanjutnya alur bisnis itu akan bergulir. Walau pendapat itu ada yang membenarkan dan sebaliknya.
Yang pasti, kesulitan akan dapat diurai jika dalam menjalankan sebuah usaha mampu memperhatikan beberapa hal. Sebut saja, prioritaskan hal yang menuju target yang ingin dicapai. Utamakan juga hal yang mencetuskan kebahagiaan di hati. Bukankah, manusia yang beruntung adalah manusia yang menyukai materi yang dikerjakan?
Pasalnya dalam rentang waktu bekerja akan ada keselarasan antara kecerdasan otak dan kepekaan hati. Apapun materi yang akan dikerjakan ketika sudah menyentuh rasa bahagia maka apresiasi dan daya kreatif akan terus menjulang tinggi. Sekalipun materi yang digunakan tak banyak dilirik orang untuk menggarapnya. Kita lihat macam apa materi itu. Yuk!

Limbah Pencetak Daya Kreasi
Para pebisnis menjadikan dirinya penting ketika ada materi dagangan yang akan dijual. Di samping itu, kita tidak bisa menjadi penting dan meraup untung tanpa bantuan benda atau orang lain. Sekalipun benda-benda itu dianggap “recehan” atau limbah, namun ditangan orang-orang yang kreatif justru menjadi sebuah ciptaan yang punya harga jual cukup tinggi. Apa itu? Limbah kain atau perca. Ya, perca yang disulap menjadi pelengkap interior kamar tidur atau ruang tamu. Juga di ruang makan berupa taplak meja hingga tata busana atau dunia mode.
Sungguh luar biasa ya, sebuah karunia membuat pribadi kita selalu menjadi penting. Dalam usaha keras akan mengwujudkan banyak hal positif untuk kehidupan yang lebih baik. Kenyataan itu tak luput di tengah persaingan ekonomi yang demikian ketat, kita menjadi penting!
Pasalnya, manusia diberi kesempatan menggunakan akal budi untuk meraih karya hingga menembus pasar seperti yang sudah ditargetkan. Mungkin itu sebabnya mengapa William James mengatakan bahwa penemuan terbesar generasi muda adalah manusia akan dapat mengubah kehidupannya dengan mengubah jalan pikirannya.

Tidak ada alasan untuk mengecilkan peran kita dalam kehidupan hanya karena memilih perca sebagai bisnis yang ditekuni. Bukankah negara maju – sebut saja beberapa negara di Eropa dan Amerika. Lebih khusus lagi Turki, sudah menentukan salah satu ekspor yang mendatangkan hasil signifikan adalah dari patchwork (menata perca), baik itu dilakukan sebagai bentuk usaha rumahan atau pun telah menggunakan mesin pencetak kain atau garmen.
Mari kita lihat di negeri ini, ketika pameran atau gelar bazar produk hand made patchwork untuk satu bed cover bertarif tak kurang dari Rp 5 juta. Begitu juga satu gaun patchwork kisaran harga dari Rp 1 juta – Rp 2,5 juta. Tentu tarif itu ditetapkan dari kriteria kain yang digunakan, plus tingkat tingginya apresiasi dalam teknik padu padan ini. Belum lagi pelengkap meja makan, dari taplak, serbet, hingga placemate. Kisaran harga tak kurang dari satu setengah juta rupiah. Semakin pelik pengaturan motif dan kecilnya kain yang disambung-sambung maka semakin tinggi harga yang dipatok.
Menyikapi usaha yang digarap sendiri atau pribadi lepas pribadi ini (tidak berada di satu payung bisnis) – Michael Faraday (1791) ilmuwan penemu listrik – menebar kiat suksesnya. Katanya, “lima keahlian penting entrepreneur untuk sukses adalah konsentrasi, diskriminasi (kemampuan untuk membedakan), organisasi, inovasi dan komunikasi.”

Ia benar, karena tidak ada komunikasi maka tidak ada aktivitas. Dunia bisnis sangat memahami bahwa komunikasi akan membuat apa yang dihasilkan dikenal publik. Komunikasi mampu menyampaikan talenta terbaik dalam diri kita. Tidak hanya uang yang dibutuhkan dalam berbisnis, namun juga sangat diperlukan komunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan produk yang dihasilkan.
Untuk menjadi kuat kenali diri sendiri dengan benar.
Pengusaha Bob Sadino (alm) pernah mengatakan kepada penulis untuk menjadi sukses di jalur bisnis, harus keluar dari comfort zone. Ciptakan sesuatu yang tak dilirik orang. Kata Bob lagi, ia menjual seikat kangkungnya Rp 60 ribu. Sempat dicibir orang tapi waktu berjalan terus, sayuran itu laris manis. Begitu juga dengan telur ayam, ia harus menjajakan berjalan dari pintu ke pintu menawarkan telur tersebut. Kini seluruh negeri melakukan bisnis ayam telur.
“Saya berkomunikasi dengan teratur dalam menawarkan apa yang saya jual. Juga saya kenali diri sendiri dalam menjalankan bisnis, “ begitu pesan almarhum beberapa bulan sebelum berpulang.

Pendapat senada juga tercetus dari penyair Prancis terkenal – Jean de La Fontaine (1621) – “Kemenangan yang jitu dalam berbisnis bisa menaklukkan hati sendiri.” Perca itu dianggap sebagian orang adalah limbah yang diremehkan, namun dengan mengenali dengan baik materi yang akan dijual maka komunikasi marketing pun akan berhasil dengan jitu.
Penguasaan produk tentu sudah harus dimiliki para calon pebisnis. Jika itu perca bentuk awalnya, maka mulai dari tekstur kain, benang yang digunakan, jenis bahan, pewarna bahan haruslah tunak dipahami. Tak kalah penting untuk padu padan warna, motif dan inovasi yang terus diterapkan.
Mungkin ini yang dimaksud Bob Sadino untuk mengenal diri sendiri sebelum berbisnis, karena melakukan pengenalan terhadap materi dibutuhkan penaklukan diri sendiri. Itu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Membaca referensi tentang patchwork, berbagai jenis kain, mengikuti workshop dan diskusi yang terus meluas berkenaan dengan bisnis sejenis.

Perca sering dilihat remeh untuk calon pebisnis, mungkin lupa bahwa sekrup yang remeh dan kecil, sangat penting untuk sebuah bangunan yang megah. Sebuah perumpamaan bahwa hal remeh dan kecil dalam bingkai kehidupan yang luas sangatlah penting.
Chérie Carter-Scott (1949) – penulis terkenal mengatakan bahwa orang yang luar biasa melakukan hal yang tidak mungkin dan mengubahnya menjadi mungkin. Bagaimana seonggok perca dibikin bulatan (yoyo) kemudian disambung satu dengan lainnya menjadi taplak meja yang harganya signifikan. Atau gaun perempuan yang elegan dengan harga dasar jutaan.
Jika sudah begini maka tidaklah meleset pepatah mengatakan, di mana ada kemauan maka di situ ada jalan. Termasuk jalan masuk dalam ruang bisnis rumahan yang menyulap rupiah menjadi dolar. Jika usaha yang dilakukan sudah mengarah kepada keberhasilan maka tinggal mengatur waktu sesuai prioritas yang tepat. Konsentrasi dan kecerdasan menentukan keberhasilan sebuah usaha. Tidak ada alasan untuk tidak mencoba kan? (Martha Sinaga)
NextID What's Next ?
