Sunday , 14 December 2025
Home / Auto / Ngobrol “SerSan” Bareng Fransiscus Soerjopranoto
Fransiscus Soerjopranoto (kiri) selaku Chief Operating Officer HMID berdialog dengan konsumen Hyundai. (Foto Zie)

Ngobrol “SerSan” Bareng Fransiscus Soerjopranoto

Jakarta, NextID – Iklim bisnis otomotif, asli tak bergolak tapi bergemuruh. Ini terlihat di ajang pameran akbar otmotif GIIAS 2025 yang digelar di ICE BSD, Tangerang. Banyak mobil baru yang “mengaspal” dan ini disambut positif oleh konsumen. PT Hundai Motors Indonesia (HMID) menjadi salah satu peserta GIIAS 2025 yang meluncurkan mobil baru: Cartenz.

Berikut petikan ngobrol bareng “sersan” – serius tapi santai dengan Fransiscus Soerjopranoto selaku Chief Operating Officer HMID.   

Pertanyaan/T: Yang pertama soal Cartenz dulu nih. Sejak diluncurkan kemarin di GIIAS 2025 bagaimana respon masyarakat? Berapa jumlah SPK di GIIAS dan nasional?  

Jawaban/J: Kalau SPK nanti tunggu ya, karena ada banyak kejutan. Tapi intinya kalau perbedaan dengan tahun lalu, ada perbedaan sedikit aja. Mungkin sekitar kurang lebih 5%. Positif atau negatifnya nanti. Kemudian kira-kira 50% dari SPK itu adalah Cartenz. 

T: Bisa digambarkan respons masyarakat dengan perubahan yang cukup signifikan di bagian depannya, eksterior, dan fitur? 

J: Yang jelas seperti yang teman-teman lihat, memang perubahan yang paling mencolok adalah pertama di sisi eksterior desain. Sudah pasti tampilan depannya itu menjawab. Sejak 2022 banyak sekali komen mengenai tampilan eksternalnya. Kalau nggak salah kurang lebih 18% yang merasa kurang cocok dengan tampilan depan ataupun tampilan belakangnya. Nah 18% itu yang kita ingin jawab melalui tampilan eksterior sekarang yang ada di Cartenz ataupun Cartenz X yang sekarang. 

Stargazer Cartenz X, yang baru diluncurkan di GIIAS 2025. Ist

T: Dengan respon itu menurut Bapak sudah berhasil menjawab? 

J: Sudah. Tapi bukan hanya tampilan eksterior sebetulnya. Yang kedua kita juga menambah yang nama spesifikasi. Spesifikasinya memang ditambahkan misalnya seperti Smart Cruise Control yang sistemnya stop and go. Memang itu untuk membantu masyarakat Indonesia mengatasi jalanan macet di mana kaki itu sering pegal apalagi kita tahu kalau kita ke Puncak yang naik turun kondisinya juga bisa makan waktu sampai 6 jam. Dengan Smart Cruise Control with stop and go,  bisa membantu mereka. 

T: Target Hyundai  tahun ini berapa, dibandingkan tahun lalu?

J: Jadi kalau kita lihat memang market kan mengalami penurunan kira-kira kurang lebih 10% Tapi masing-masing brand tentu punya strateginya mereka masing-masing. Hyundai juga menerapkan strategi dengan memperkenalkan produk-produk baru seperti yang kita lihat di GIIAS kali ini di mana kita memperkenalkan Cartenz dan itu juga membantu penjualan kita.

Jadi kita awal tahun juga sudah memperkenalkan CRETA facelift, yang animonya juga cukup positif sehingga secara posisi market share bisa kita maintain di atas 3%. Beberapa Japanese maker juga masih bisa mempertahankan market share mereka. Jadi, dengan munculnya persaingan-persaingan baru rasanya masing-masing masih akan mengeluarkan strategi yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. 

T: Adakah perubahan target Hyundai jika melihat situasi pasar kayak gini, ya market share atau volume penjualan sampai akhir tahun?

J: Kalau secara volume penjualan, ya pasti, Karena penurunan market ini kan nggak ada yang memprediksi – karena kita mengharapkan pada saat tahun 2024 akhir itu bahwa tahun 2025 market akan bertumbuh. Hanya saja dalam kondisi Q1, dsn Q2 yang lalu, kita sudah melihat ada penurunan tren pasar. Nah, makanya kita melakukan adaptasi. Strategi kan nggak boleh tetap fix. Kita harus ganti strateginya, maka Q2 kita ganti berdasarkan Q1 via data atau pencapaian. Nah, itu yang kita lakukan sehingga ada adjustment secara volume, tapi secara share kita coba untuk maintain

Model Hyundai yang dipajang di GIIAS 2025 (atas kiri-kanan): Santa Fee Hybrid, Kona N Line, Palisade Hybid, New Creta. Ist

T: Berapa volume dan share-nya?

J: Di atas 3%. Kalau dibandingkan tahun lalu kita naik. Karena tadi dengan strategi adaptif kita, mungkin tahun lalu kita masih melihat kondisi tersebut sesuatu yang baru buat kita. Tapi setelah melewati selama setengah tahun, kita lihat perkembangannya dan sudah mengetahui apa keunggulan dan kelemahan dari Hyundai, sehingga kita mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah tadi. 

T: Mungkin sebagian dari perubahan strateginya, Pak, apa yang bisa diinfokan ke kita nih, Pak? Dari apa, kayak gimana perubahan strateginya menghadapi pasar? 

J: Nah sebagai contohnya misalnya sekarang. Secara produk, pastinya kita memperkenalkan produk baru. Hari ini teman-teman di GIIAS kan juga melihat banyak produk baru yang diperkenalkan. Bukan hanya masalahnya features, tapi juga masalahnya adalah harga. Tapi Hyundai menetapkan bahwa ada harga, ada produk, tapi yang paling terpenting Hyundai mencanangkan kita mementingkan yang namanya pelayanan.

Makanya hari ini kita coba berhubungan langsung dengan customer memperkenalkan myHyundai Care yang itu juga sudah kita sampaikan pada saat launching Cartenz. Perubahan itu yang kita lakukan sehingga customer  apabila mengalami kendaraan emergency, mereka bisa memakai tombol SOS yang ada di kendaraan Hyundai. Dan itu satu-satunya fitur yang ada di Indonesia dengan melakukan tombol SOS tersebut. Yang kedua, pastinya kita punya layanan call center yang bisa siap menghubungi customer yang kita pakai sebagai tambahan untuk layanan kita. 

IONIC 5 yang menjadi ikon dan pelopor mobil listrik Hyundi. Ist

Perang Harga

T: Di GIIAS ini terlihat semakin banyak pemain baru. Dengan semakin banyaknya produk baru, ada situasi dan kondisi di mana terjadi perang harga semakin terang-terangan. Hyundai pastilah ada di tengah pusaran itu. Sebenarnya dari kacamata Hyundai melihat situasi kondisi perang harga ini seperti apa? Dan, apa efek positif dan negatif bagi Hyundai?

J: Yang jelas kalau perang harga, pasti berpengaruhnya bukan hanya di kendaran mobil baru kan.  Di dalam posisi kendaran mobil bekas, seperti yang kita tahu kan ada beberapa pedagang mobil bekas yang merasa stoknya mereka akan menjadi under value saat ini dibandingkan dengan harga pada saat dia membeli. Tapi balik lagi kalau pertanyaan adalah Hyundai, Hyundai tidak akan masuk ke dalam kondisi di mana kondisi tersebut adalah perang harga. Kami akan memainkan yang namanya services atau value sebagai bentuk pelayaan kami ke konsumen. Nah, itu yang kami akan tekankan, makanya kami memperkenalkannya dengan nama myHyundai Care.

Kita lihat nanti apakah sekarang dengan harga turun, karena ini kan kondisi eksternal itu ada dua sekarang. Pertama ada kebutuhan dari masyarakat terhadap kendaraan baru. Tapi jangan lupa yang namanya non-performing loan itu masih tinggi lho. Nah non-performing loan ini yang menjadi dasar nanti pembiayaan. Padahal kalau di segmen bawah itu pembiayaannya kan harus kuat sehingga kalau pembiayaan ini approval rate-nya juga kecil, produk baru yang diperkenalkan belum tentu akan mendapatkan dana secara kredit.

Nah ini yang akan menyebabkan volume penjualan tidak sesuai dengan apa yang diaktivasi. Jadi balik lagi bahwa ada produk-produk yang bermain di sektor premium, ada produk yang bermain di segmen menengah, ada yang bermain di segmen bawah. Tapi kalau kita lihat, coba baca jatahnya, itu sektor menengah atas, premium khususnya, itu terus growing. Jadi Santa FE, Palisade itu mencatatkan penjualan yang cukup bagus, profitability juga bagus, Tapi di satu sisi kelas B dan A atau LCGC itu mengalami masalah dengan NPL. Nah, ini yang harus dicari jalan keluarnya bagaimana nanti customer yang ingin memiliki kendaraan bisa mendapatkan fasilitas kredit atau fasilitas pembiayaan yang lebih baik dalam hal performa. 

Stargazer Cartenz dan Stargazer Cartenz X – mobil yang “dibuat untuk jalanan Indonesia.” Ist

T: Dengan banyaknya EV (mobil listrik) murah saat ini, bagaimana Hyundai melihatnya dan apakah masih tertarik?

J: Jadi kalau dari Hyundai sendiri, dari HMC (Korea) arahannya, kita punya 3 powertrain, ada yang combustion, hybrid, dan EV. Tentunya itu juga masih mempertimbangkan hydrogen, di mana hydrogen kita masih menjadi yang paling nomor 1 di dunia untuk yang hydrogen. Jadi kita masih mempunyai 3 powertrain. Tapi untuk masuk ke dalam suatu negara kita akan menyesuaikan powertrain mana yang akan cocok dan sesuai dengan regulasi pemerintah. Kemudian juga bagaimana kontribusi terhadap lingkungan, atau emisi gas buang ataupun secara fuel. Nah itu yang kita lagi pertimbangkan apakah kita akan masuk. Jadi kalau kalian lihat misalnya belakangan ini kok Hyundai banyak memperkenalkan hybrid dibandingkan EV. Padahal pakemnya Hyundai di awal itu kan adalah mobil listrik.

Kita yang pertama kali memperkenalkan KONA dan yang pertama kali memperkenalkan IONIQ.  Kita yang pembuka market. Kemudian sekarang tiba-tiba SANTA FE kita ubah menjadi dari yang diesel atau bensin, menjadi yang hybrid. Lalu yang terakhir, kita mengubah PALISADE dari diesel menjadi hybrid. Nah, jadi bagaimana cari komposisi yang pas, itu sesuai dengan kebutuhan.

Kondisi tersebut juga akan disesuaikan dengan regional masing-masing. Jadi kalau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, pasti masing-masing akan beda secara powertrain. Kita nggak bisa maksain bahwa EV harus diterima di Papua misalnya. Belum tentu bisa gitu. Ataupun di Kalimantan sekalipun. Walaupun pasokan listriknya lebih besar dibandingkan Jawa. Tapi secara infrastrukturnya belum terbangun iklimnya. Mungkin masih ada kekhawatiran dari konsumen, apakah hybrid menjadi pilihan utama buat konsumen di Kalimantan? Itu bisa jadi.

About Gatot Irawan

Check Also

BAIC Indonesia bersama DEXC Racing Uji Ketangguhan BAIC BJ40 PLUS di IRRA 2025

Majalengka, NextID – Lintasan panjang, hujan deras, lumpur pekat, hingga special stage yang menguras ketahanan menjadi …

Leave a Reply