Wednesday , 18 December 2024
Home / Business / Tokoh / Hilda Safitri: Antara Melawan Penyakit dan Mujizat Illahi
Hilda Safitri saat di sebuah desa asri di Bali. (Foto: Martha Sinaga)

Hilda Safitri: Antara Melawan Penyakit dan Mujizat Illahi

Jakarta, NextID – Merebak berita bahwa Bali salah satu provinsi yang terpuruk perekonomiannya di kala Covid-19 melanda. Imbas dari Covid rasanya memang ampuh melumpuhkan sendi-sendi perekonomian, tak hanya Bali tak jua hanya negeri ini namun juga dunia. Tapi kekaguman akan kiprah perempuan perkasa justru terlihat di masa sulit ini. Salah satu contoh sepak terjang yang dilakukan oleh Hilda Safitri yang sudah menetap di Bali sejak 21 tahun lalu.

Perempuan asal Cianjur ini luar biasa “perkasanya.” Jika kebanyakan orang di tengah lawatan Covid ini menerobos dunia bisnis dengan tubuh yang sehat,  Hilda tidak demikian. Kurang lebih 10 tahun ia mengidap penyakit jantung, bisa dibayangkan  ketika “kunci nafas” itu tidak normal. Ia harus selalu mondar-mandir ke rumah sakit, bahkan sering kali di saat  bekerjapun tabung oksigen harus menempel. Yang pasti hasil kerjanya bisa dinikmati banyak orang. Hilda sejak lama menggarap usaha katering atau bergerak di bidang boga dengan lebel kerennya, Mocis Bali.

Mark (kiri) – putra Hilda Safitri yang kini terbaring (tengah) di sebuah rumah sakit. Ist

“Semua hanya karena kasih Tuhan. Tak ada yang lain. Saya kuat pun dalam menghadapi keadaan seperti ini karena anugerah-Nya. Saya hidup dengan denyut jantung jauh lebih cepat ketimbang orang normal, karena obat yang saya konsumsi akhirnya menjalar ke tiroid. Belum lama ini kandung kemih saya  terinfeksi. Sulit dipercaya, saya ada sebagaimana saya ada hingga saat ini. Tapi lagi-lagi balik kepada kuasa Ilahi.  Tentu juga support dari keluarga dan para sahabat,” begitu sibak Hilda  berkenaan dengan keberadaannya itu.

Melawan Covid-19

Ketika tulisan ini diturunkan Hilda yang akrab dipanggil Ruth itu sedang terbaring lemah di sebuah rumah sakit di Bali. Covid menyatroninya. Suatu pemandangan yang bisa dikatakan horror yang ia hadapi. Betapa tidak, rumah sakit itu memang diperuntukkan orang yang terkena Covid. Di ruangan di mana ia dirawat menurut ceritanya menampung empat pasien. Masing-masing punya keluhan dan cerita tersendiri. Hilda harus mendengar, merasakan, menyaksikan berbagai cerita hidup di tengah kekejaman Covid.

Jika dijabarkan, tulisan ini akan menjadi buku kesaksian berjilid-jilid. Betapa tidak, Hilda melihat betapa eratnya antara kehidupan dengan kematian. Betapa kecilnya manusia itu di hadapan Sang Pemilik Jiwa. Ibu dari Nick, Mark, dan si cantik Nadine ini memang mengidap beberapa penyakit, namun iapun diberi kelebihan oleh Yang Maha Kuasa ketajaman indera yang lain. Jadi seru kan, apa yang tak bisa dilihat oleh mata orang awam, Ruth bisa melihat dengan tajam di alam roh. Tak urung lagi iapun bercerita, setelah beberapa hari ia dirawat datanglah seorang perempuan tua yang juga terkena Covid. “Ia memandangku tak berkedip. Kucoba untuk”mengingat” siapa yang mengikutinya akhirnya ibu itu tertidur pulas.”

Wouw, dan masih banyak lagi kisah yang dituturkan Ruth seputar masalah alam roh. Sungguh, tak satu kejadianpun yang luput dari kehendak-Nya. Maka demikian juga yang terjadi atas dirinya. Tuhan punya rencana yang indah terhadap jiwa-jiwa yang dikasihi-Nya.

Hilda Safitri di pantai Sanur Ist

Mengikuti kejadian demi kejadian yang ia alami dalam melawan penyakitnya, rasanya jika bukan dengan penyertaan Tuhan semua tak akan mampu dilaluinya. Tapi ketegaran dan daya semangat Ruth yang tak pernah luntur didengar oleh Yang Maha Kasih.  Buktinya, dalam kondisi yang terburuk-pun ia masih berbagi semangat untuk orang-orang yang berada dalam satu kamar yang sama. Jiwa yang terpanggil untuk melayani dan berbagi kepada sesama itu yang tebal dimiliki Ruth, yang mau tidak mau harus mau mengakui bahwa belakangan ini tak lagi banyak orang yang  punya kepedulian seperti apa yang dilakukan Ruth.

Terbaring lemah, ya. Dengan selang di beberapa bagian tubuh ya. Bahkan ia sempat berkisah karena nadinya halus maka para nakes sulit untuk memasang infus dan harus menunda beberapa jam. Penundaan itu membuatnya semakin lemah secara fisik. Ternyata tidak secara roh. Ruth bisa merekam kejadian demi kejadian dan mengirimkan kisah yang ia alami.

Kenyataan ini Ruth kembali  masuk dalam keadaan hening dan berhenti bekerja dengan fisik. Walau ia percaya dalam hening itulah komunikasi hubungan vertical dan horisontal lebih terasa. Ia perempuan pekerja keras maka perhentian sementara memberi ruang kepada dirinya untuk “bernafas dulu.”

Kesempatan itu dipakai untuk menghubungi sahabat keluarganya, seorang hamba Tuhan, Dr. Thomas Gutteres. Tentu apa yang ia bicarakan lebih menguatkan roh dan jiwanya menghadapi bertumpuk masalah dan penyakit yang berujung menyeretnya untuk tidur alias dirawat di rumah sakit. “Bapak Thomas dan keluarga selalu mendoakan saya. Selalu siap di kala saya membutuhkan kekuatan rohani. Saya bersyukur dipertemukan dengan beliau,.” demikian Ruth.

Mungkin ini yang dikatakan membangun enerji dengan kebersamaan dengan relasi yang tepat. Baik itu di dunia sekuler maupun di kerohanian. Yang pasti selalu bersyukur merupakan salah satu cara untuk mendapatkan enerji dalam hidup. Tentu saja seseorang akan selalu tegar menghadapi hidup jika dipenuhi dengan rasa syukur. So, sangatlah dirasakan, dia membangun enerji hati dengan  pengalaman manis maupun pahitnya hidup.

Ketika menikmati karunia-Nya yang indah agung, bunga. (Foto Martha Sinaga)

Enerji Hati

Ia bangun pikiran yang jernih di hari-harinya. Sungguh perempuan tak semata memiliki kodrat hanya melahirkan dan menyusui namun juga membangun alam pikir dengan kecerdasan dan kepekaan terhadap daya guna dan talenta yang telah diberikan oleh-Nya. Banyak cara yang dilakukan Hilda untuk memberikan asupan gizi ilmu untuk orang-orang di sekitarnya. Mulai dari keluarga inti, para staf yang membantu usaha kateringnya sampai orang-orang yang hidup di lingkungan di mana ia menetap.

Tak segan-segan ia turun ke kawasan penampungan sampah mengajarkan hidup bersih lingkungan, atau para pasangan yang mengalami keretakan bahkan kehancuran rumah tangga, juga orang-orang yang berada di garis ekonomi lemah. Pengalaman hidup itu yang membuatnya kuat, walau harus terbaring di tempat tidur di rumah sakit tersebut.

Rasanya tidak berlebihan Aldous Huxley mengatakan, pengalaman bukan saja yang telah terjadi pada Anda, namun apa yang Anda lakukan dengan kejadian yang Anda alami. Ehm, kejadian yang bertubi tubi perempuan kelahiran 29 Agustus 1972 itu membuatnya kuat,  tegar dan selalu ingin menyaksikan keindahan cinta kasih Allah Bapa yang dia sembah. Seperti yang ia katakan,
tanpa pertolongan Tuhan ia tak bisa melangkah walau hanya setapak.

Kejadian yang dialami perempuan jebolan Sekolah Tinggi Teologia ini, dirasakan hanya semacam ilmu pengetahuan yang diraih, namun juga ilmu jiwa kerukunan berkeluarga, karakter sahabat dan keluarga dan itu terus membangun enerji pikirannya untuk terus ingin berbuat terhadap sesama. 
“Kejadian yang menimpa saya ini membuka mata saya, anak-anak saya luar biasa. Mereka punya hati yang luar biasa. Mark-lah yang jadi “dokter” saya.

Saat teduh bersamaNya Ist

Sementara Nick yang memegang manejemen rumah, menjaga papanya yang juga sakit kanker, dan menjaga neneknya yang terkena Covid. Mark, mondar-mandir belajar dan ke rumah sakit menjaga saya. Saya hanya bisa berlinang airmata mengatakan kepada Tuhan Yesus, terima kasih saya diberikan anak anak yang luar biasa. Nadine menghantar makanan saya. Saya memang menderita karena bertubi-tubi derita ini, namun Tuhan  membuka damai sejahtera di hati saya melihat hebatnya anak-anak bersikap untuk orangtuanya, ”  cerita Ruth dengan suara tertahan karena haru.

Banyak hal yang diperkenankan oleh-Nya terjadi untuk mengungkap keindahan dan mujizat itu. Tinggal bagaimana kita menjalani semua dengan rasa syukur dan beriman teguh, hanya Dialah juru mudi tunggal dalam kehidupan ini. Kemenangan dalam hidup ini bukan karena seseorang  mampu mengalahkan keadaan, namun kemenangan itu bisa diraih ketika seseorang mampu menaklukkan hati sendiri dan itu hanya terjadi ketika berjalan bersama Dia. Hati yang gembira adalah obat. Begitu kan Ibu Hilda Safitri. Hilda Perempuan tegar. (Martha Sinaga)

About Gatot Irawan

Check Also

Wow, Pertumbuhan GWM Pesat di Luar Tiongkok!  

Jakarta, NextID – Ini kabar unik sekaligus menarik, GWM baru saja mencatatkan pencapaian mengesankan yaitu …

Leave a Reply