Jakarta, NextID – Awal tahun 2025 Forwot menggelar diskusi “daging” bersama Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno; Product Division Head SEVA David Thamrin; dan Chief Commercial Officer (CCO) & Chief Operational Officer (COO) OLXmobbi Agung Iskandar, Jumat (24/1) di Jakarta.
Benang merah yang bisa ditarik, konsumen otomotif di Indonesia di tahun 2025 masih didominasi dengan pembelian secara kredit. “Akan lebih banyak pembelian secara kredit daripada cash,” ucap Suwandi Wiratno, membuka diskusi.
“Memang banyak tantangan di 2025, mulai dari pajak tambahan Opsen dan juga PPN 12% sehingga para perusahaan pembiayaan justru lebih ketat dalam memuluskan permohonan masyarakat untuk memiliki kendaraan. Jika hal ini tidak ditangani dengan benar oleh pemerintah maka bakal berdampak buruk bagi industri otomotif nasional dan kejadian di tahun 2024 bisa terus berlanjut di tahun ini,” jelasnya.
Industri otomotif yang memiliki banyak mata rantai ini, menurut Suwandi, perlu mendapatkan perhatian yang lebih agar nantinya industri tersebut bisa tumbuh dan tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang cukup besar. “Tahun lalu kan penjualan mobil 700 ribu. Tapi kalau sampai terulang, maka bisa teerjadi PHK besar-besaran, mudah-mudahan tidak. Vendor-vendornya kan kasihan banyak UMKM,” jelasnya.

Apalagi isu adanya pajak tambahan Opsen, yang menurutnya sudah bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah pusat dan daerah yang memiliki hak untuk memungutnya. “Beberapa daerah sudah memberikan insentif yang berbeda-beda, mulai ada yang tiga bulan hingga satu tahun lamanya,” ujarnya.
Ada lagi tantangan untuk industri otomotif tanah air, yakni SLIK atau peraturan baru yang merupakan catatan riwayat kredit seseorang yang dikelola oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini juga akan menjadi permasalahan baru bagi konsumen yang memiliki riwayat tidak positif.
“Walau begitu, pihak-pihak yang memiliki catatan buruk dalam peminjaman di sebuah instansi perusahaan pembiayaan, bisa mengajukan pemutihan atau pembersihan nama dengan berbagai cara. Dia datang ke tempat kreditnya yang lama, melakukan negosiasi untuk pelunasan, sehingga sliknya itu nanti ke depan menjadi baik lagi,” ujar Suwandi.
NextID What's Next ?
