Home / Business / Cesilia Posmaria Sitinjak: ”Tak Ada Kata Pensiun”
Tak ada kata santai bagi Cesillia Posmaria Sitinjak usai memasuki pensiun. Kini dia mengelola usaha kafe yang tak pernah sepi pelanggan. (Foto Mario Ikada)

Cesilia Posmaria Sitinjak: ”Tak Ada Kata Pensiun”

Oleh Martha Sinaga

Jakarta, NextID – Ketika memasuki masa pensiun pada umumnya memantik gejola batin pada seseorang. Demikian juga yang diakui oleh Cesilia Posmaria Sitinjak. Hanya saja saat memasuki masa pra pensiun kurang lebih 7 bulan lalu, dia behasil menata hati dan pikir untuk lebih elegan dalam menghadapi hari-hari purnakarya.

Rentang waktu lama menjadi auditor di dunia perbankan tentu bukan hal baru jika harus melakukan resolusi dalam waktu-waktu mendatang. Ibu dari dua orang anak itu, belajar menikmati setiap proses untuk menerapkan tujuan hidup baru. Walau diakui power syndrome itu juga pernah dialami pensiunan sebagai Head Operational Govermance Maybank.

Tak lama hal itu dirasakan karena ia telah memiliki impian, untuk mengubah suasana hati dan itu lebih penting. Memang esensi kemenangan dalam hidup adalah memiliki impian. Impiannya antara lain ia tetap melakukan sesuatu agar hati terjaga untuk berbagi dengan orang Lain. Impian itu yang diterapkan terhadap diri sendiri. “Tidak ada kata pensiun,” tandasnya.

Racikan menu toffle pilihan yang disukai kawula muda. (Foto Mario Ikada)

Ketebalan Visi Pribadi

Memiliki visi pribadi dalam membuat rancangan kerja akan mendorong seseorang sangat runut dalam berfikir dan menyusun agenda kerja. Betapa tidak, semua akan dikemas tepat antara nilai spiritual kebenaran dan keyakinan yang tak bergeser, bahwa kerja keras yang dibungkus dengan keselarasan antara porsi pemberdayaan kecerdasan emosional dan spiritual tentunya akan mengubah hidup menjadi pemenang.

Kemenangan dari sebuah perjalanan usaha seseorang itu lebih kongkritnya akan digenggam jika kecerdasan intelektual( IQ ), kecerdasaan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ), seimbang. Poin itu yang terlihat kental dialami. Minimal terkesan dari usaha yang juga lagi diminati  banyak kalangan pengusaha atau penanam modal saat ini, yaitu kafe.

Dalam hitungan yang relatif singkat kurang lebih masuk bulan ke lima, omset terus memperlihatkan grafik yang meningkat. “Jangan bicara soal mengkover aset berupa gedung dan lahan. Sebab, benda tak bergerak ini memang saya punya. Tapi, memasuki bulan ke lima ini sudah bisa mengkover biaya operasional, termasuk menggaji pegawai. Itu dululah,” ujar Cesilia tersenyum.

“Saya bersyukur, dan itu membuat saya semangat untuk terus memikirkan perkembangan apa lagi yang harus diterapkan,” sibaknya jebolan Universitas Sumatera Utara itu dengan nada semangat.

Nikmatnya nasi dan jus alpukat. (Foto Mario Ikada)

Tungguh dulu, kita simak bersama mengapa usaha kafe yang dipilih? Sementara kafe inipun terletak di tengah perumahan dari kalangan menengah. Plus, terkadang dilanda banjir lagi. Tetapi dalam menata kafenya yang bernama Tomo Kofi memang cocok buat nonkrong “anak gaul” plus menu yang pas buat mereka. Bahkan semua umur.

“Ya, ya. Pertanyaan seperti ini banyak dilontarkan ke saya. Tapi begini, semula terbesit saya ingin membuka usaha spa, salon atau klinik kecantikan. Tapi ketika Covid melanda, kita tidak diperkenankan untuk melakukan kontak fisik atau gesekan anggota tubuh kan,” jelasnya.

“Nah, perhitungan itu antara lain muncul dibenak saya, yang akhirnya saya memutuskan bisnis kafe ini. Jika soal banjir dan lain-lain, namanya perumahan tetap ada warganya. Dan soal itu sekarang sudah ditangani lebih baik. Jadi optimis saja,” sambung perempuan yang punya langgam berkomunikasi hangat itu.

Suasana di sini memang cozy dan pas buat berbagai kalangan. (Foto Mario Ikada)

Dalam bekerja atau berusaha penting untuk mendengarkan kata hati dengan cermat. Sebagaimana yang dikatakan dalam “Berani Gagal” karya  Billi P. S. Lim. “Senantiasa carilah jawaban di dalam dirimu. Janganlah terpengaruh oleh mereka yang berada di sekelilingmu oleh pikiran maupun kata-kata mereka.”

Terlihat Cesil menikmati usaha barunya itu. Keseharian ia bergabung dengan karyawannya menjamu para tamunya. Bahasa tubuh yang selalu hangat, karena jika dilihat ke belakang sekian puluh tahun memberikan pelayanan kepada para costumer di bank di mana ia bekerja. Mungkin itu lebih pelik lagi karena menyangkut uang atau aset yang jumlahnya signifikan.

“Betul, itu juga yang saya terapkan di kafe ini. Karena yang datang juga dari berbagai kalangan. Bahkan ada yang mengaku belum pernah masuk kafe, tapi suasananya enak, nyaman dan ber-AC lagi. Saya merasa dengan usaha ini saya bisa berbagi pengetahuan secara tidak langsung, ya. Mereka mau baca buku, kami sediakan. Banyak anak-anak muda juga melakukan pertemuan grup mereka di sini, atau pekerja muda yang mencari suasana sambil minum kopi,“ ujarnya lagi.

Pepatah lama mengatakan, apabila anda tidak dapat mengubah arah angin maka aturlah layar anda. Nah, Cesilia mengubah “layar” bisnis agar bisa eksis di tengah abad yang hiperkompetitif dewasa ini. Dengan cara terus membenahi cita-rasa, pelayanan dan terpenting SDM. 

Nasi Karage Japanese Curry, salah satu menu yang disukai. (Foto Mario Ikada)

“Waktu di awal akan memutuskan buka usaha ini, yang terbesit di pikiran saya adalah soal SDM-nya. Mereka yang bekerja di sini harus klik dulu dengan saya. Mereka harus tahu banget apa itu pelayanan. Akhirnya ada karyawan yang sudah ikut saya 20 tahun, yang tukang masak sudah 7 tahun dan seorang sarjana hukum dari Sumut belum dapat kerjaan, saya invite ke kafe ini,” tuturnya.

“Saya nggak bisa masak namun saya peka dengan cita rasa atas berbagai menu. Maka jika di usaha ini kurang ini-itu, atau bahan dasar yang digunakan kurang fresh. Karena itu dalam kontrol saya maka langsung saya ambil tindakan,” ujarnya.

Rahasia kehebatan seseorang dalam melakukan usaha bukan hanya bicara masalah musim. Semisal musim binis kafe, musim bisnis tanaman dan lain-lain. Tapi, membuat jalan terang ke arah ketenangan jiwa.

Soichiro Honda sekalipun dalam beberapa kali mengalami beberapa kali kegagalan dalam membuka usahanya. Tetapi ia katakan kepada dirinya, “Mulailah bermimpi lagi, dan mimpikanlah mimpi yang baru.” Mimpi itu juga terus bergelayut di hati dan pikiran Cesilia untuk secara bertahan membuka ruang khusus penikmat kopi, dengan tata kelola ruang yang lebih elegan, bahkan nyaman untuk berdiskusi.

Ini tempat menarik juga untuk berdiskusi lho. (Foto Mario Ikada)

Tak Semata karena Uang

Kehadiran nilai nominal memang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha, hanya saja rahasia kehebatan sebuah usaha selanjutnya tak semata ditentukan oleh uang. Tapi berusaha keras dan menjawab banyak kegelisahan yang muncul dalam menjalankan rule bisnis itu dengan tindakan yang cerdas dan tepat.

Menyambut hidup dengan cinta, maka mendorong otak untuk terus bekerja dengan baik, akhirnya membentuk semangat dan kekuatan diri “inner power.” Apalagi jika usaha yang digeluti mendapat support dari keluarga. Kenyataan itu menjadikan aspek-aspek penting yang selanjutnya menjadikan aset pribadi manusia dalam memenangkan hidup ini.

“Suami dan anak anak sudah melihat dan merasakan rentang waktu saya berkerja di bank. Saya memang tak bisa jika tak bekerja. Jadi, dengan adanya gagasan ini, mereka mendukung,” ujarnya dengan ekpresi yang penuh sukacita.

Kenyataan itu tentu ditangkap Cesilia menyediakan waktu-waktu khusus memasuki “the world of mine” yang dapat mendorong ia memiliki semangat tinggi dalam mewujudkan keinginan hidupnya.

Pilihan Cesilia dalam pelayanan di usaha barunya ini sudah tepat. Ia posisikan dirinya menjadi pihak pertama yang menujukkan sebuah pelayanan yang baik, bukan sebaliknya. Banyak langkah tetap dimulai dari satu langkah. Begitu-kan Bu Cesilia Sitinjak. Well done!

Jam-jam sibuk saat melayani konsumen. (Foto: Mario Ikada)





About Gatot Irawan

Check Also

Asyik, Distribusi Jimny 5-door Berjalan Lancar

Jakarta, NextID – Telah genap dua bulan sejak diluncurkan pada medio Februari lalu, PT Suzuki …

Leave a Reply