Home / LifeStyle / Fashion / Life & Love / “Mereka Mahligai Bangsa”
Michael Hogus Purnama Wibowo (kiri atas), Iona Andalucia (kanan atas), Rembulan Suci Di atas Savana (bawah kiri), dan Asyam Akila Pratisara (kanan bawah). Mereka anak-anak gemilang yang membanggakan orangtuanya. Ist

“Mereka Mahligai Bangsa”

Jakarta, NextID – Orangtua mana yang tidak bersukacita melihat putra-putrinya berhasil, apalagi untuk merengkuh kenyataan itu bukan hal yang mudah. Ada sebuah proses panjang yang harus dijalani, dipelajari dengan sabar dan dikaji dalam rentang waktu yang tak terbatas.

Di sisi lain role model anak di awal hidup mereka ya orangtua. Maka secara tak tertulis keseharian orangtua dituntut enerjik, tangkas, sigap, sukacita, bersemangat dan penuh kepekaan. “Resep” itu dibutuhkan oleh si buah hati dan dijadikan nutrisi mereka dalam pembentukan sebuah karakter.  Sikap dan sifat orangtua akan menjadi pelajaran penting yang akan ditiru sang anak, kelak.

Dalam pertumbuhan mereka dibutuhkan pijakan roh mental yang kuat, mengingat derasnya beragam tawaran di dunia luar yang menggiurkan, yang bukannya tidak mungkin akan membelokkan jalan-jalan anak yang tak jarang membingungkan. Belum lagi kompetisi terus bergulir di era tekhnologi canggih ini.

Kenyataan ini bicara bahwa kebersamaan dalam kehidupan keluarga adalah menjadi salah satu kunci kesuksesan anak ke depan. Itu sebabnya sering terdengar kalimat bahwa semua berangkat dari rumah. Anak akan terbentuk kepribadiannya jika orangtua juga memainkan peran dengan tepat dan benar.

Setiap anak adalah bunga dengan jenis yang berbeda, dan semuanya membuat dunia ini menjadi taman bunga yang indah. Bagaimana anak-anak ini bertumbuh dengan prestasi nan gemilang, maka penulis mewawancarai Novi Juliani, Nuansa Ayu Jawadwipa, Fathur Rojib dan Herry W. Nugroho. Mereka adalah para orangtua yang dikaruniai anak-anak berprestasi. Yuk,  simak ceritanya.

Gemilang di Papan Catur

Novi Juliani
berkisah perihal anaknya yang piawai bercatur dan mukim di Lampung. Namanya Michael Hogus Purnama Wibowo yang baru berusia 7 tahun. “Bakatnya terlihat jelas di usia 6 tahun. Ketika ia masih duduk di bangku di TK. Masa pandemi 2 tahun justru ia konsen berlatih catur di rumah. Konsentrasinya terus membaik. Perkembangannya pesat.”

Michael (kedua kanan) bersama keluarga tercinta. Ist

“Memang gampang-gampang susah mendampinginya, namun sebagai orangtua kami dorong apa yang ia sukai. Mulai dari  membagi waktu, pengadaan papan catur, biaya untuk guru pelatih dan apa yang Mic butuhkan untuk cabang olahraga yang ia minati dipenuhi. Perkembangannya sangat pesat. Itu sebabnya dalam kurun waktu yang singkat Mic sudah mengikuti banyak kejuaraan catur, tingkat dewasa dan umum di Lampung. Dia masih SD namun untuk pertandingan catur SMP dan umum, Mic selalu dapat undangan untuk ikut.”

“Rencana Mic pada 25 November – 1 Desember 2022, mengikuti Kejurnas Catur di Jakarta. Sementara untuk Lomba Tingkat Junior se-Lampung Mic meraih Juara ke-5. Usianya belum 8 tahun namun Mic bisa ikut di ajang Kejurda yang pesertanya berusia 15 tahun. Ia juga ambil bagian dalam Lomba Catur Tingkat Nasional yang digagas oleh Yayasan Penabur. Pada 23 Oktober baru lalu, Mic ikut di lomba catur yang digelar PWI.  Ajang  lomba ini diikuti peserta yang berusia 17 tahun.”

“Walau jadual pertandingan Mic padat, namun sebagai orangtua kami pun sadar penuh, anak tetap punya hak untuk bermain. Maka tetap diperhatikan antara jam les akademik, belajar, dan les catur. Catatan juga buat kami orangtua jika ia mengikuti pertandingan maka tidak mengharuskannya untuk selalu keluar sebagai juara. Momen yang mengharukan itu jika ia kalah. Mic memeluk saya sambil mengatakan ia kalah. “

“Dalam menekuni olahraga ini, Mic punya percaya diri yang kuat. Itu terlihat ketika ia berada di arena pertandingan catur. Jika ia kalah, dalam sekejap saja wajah kecewanya terlihat, tapi setelahnya ia siap berlatih lagi. Sebaliknya, jika ia keluar sebagai juara yang ia inginkan, ia santai saja, dan tetap berlatih.”

Di meja catur ia terlihat santai, menjiwai dan tenang sekali. Bahkan kini ia suka berlaga catur lewat internet dengan pecatur luar. Kami hanya mengawasi dan ia bisa mengikuti bahasa lawan tandingnya yang berasal dari luar negeri.”

“Kami sebagai orangtua mendapat masukan dari pelatihnya, bahwa ia memiliki bakat alam dan tekun. Maka keseimbangan itu sangat membantu prestasinya. Di samping kami menekankan agar selalu menyandarkan usahanya berlatih dan maju ke pertandingan kepada Sang Khalik. Ada Sang Penentu, maka jika dalam sebuah kompetisi ia kalah, mental Mic sudah siap.”

“Dari awal, hal itu yang sudah kami tanamkan. Orangtua tidak menjadualkan waktu berlatih agar Mic tak merasa dipaksa. Dia suka dengan permainan caturnya, maka di mobilpun dia bisa latihan.  Orangtua dan anak arus berjalan seiring, apalagi ketika sudah mengetahui bakat anak dengan jelas. Kitalah yang menjadi sahabat terdekat anak-anak.”

Usia 2 Tahun Bisa “Story Telling”

Yang juga menarik adalah cerita Nuansa Ayu Jawadwipa tentang anaknya yang bernama Iona Andalucia. “Sejak umur 2 tahun Iona sudah berbicara dan bercerita dalam bahasa Inggris. Saat itu belum sekolah, namun mungkin karena sering mendengar percakapan orangtua maka itulah yang ditangkap. Dalam mendidik Iona kami bebaskan ia berekspresi dan memberi nutrisi dengan tontonan yang mendidik.”

Iona diapit kedua orangtuanya. Ist

“Begitulah pendidikan dasar yang kami letakkan untuknya. Kini ia bertumbuh dan otomatis banyak pertanyaan yang diajukan mengenai banyak hal pula. Sebagai orangtua kami siap menjawab dengan benar. Selain story telling anak sulung kami ini suka menggambar dan membuat prakarya. Bakat seninya kuat, sehingga itu memudahkan orangtua untuk mengarahkan. Kini Iona sudah berusia 6 tahun.”

“Di awal  ketika dia belum bisa membaca, namun sudah suka mendengar cerita dari film, maka mulailah ia menghafal dan membuat kalimat untuk dia ceritakan ulang. Kami mengapresiasi yang disukainya. Dan memang dia suka sekali melakukan story telling. Dia bercerita dari awal dan mengakhirinya dengan baik.”

“Untuk membentuk percaya dirinya lebih baik, maka kami sepakati untuk mengikutsertakan Iona di Sanggar Teater Tanah Air. Di situ dia lebih bisa berekspresi, mengoptimalkan apa yang ia sukai, bakatnya, ketertarikannya terhadap dunia peran dan lebih terarah. Dan memang ia suka dan menghayati. Itu yang penting.”

“Dunia peran tentu membutuhkan keberanian dan percaya diri. Kami melihat sejak kecilpun walau hanya di rumah, Iona sudah melakukan percakapan dengan bahasa Inggris. Percaya diri dan bakatnya sudah muncul. Kenyataan itu kami berikan apresisasi penuh. Kami luangkan waktu mendampingi Iona ketika harus mengikuti kegiatan yang disajikan oleh Teater tanah Air di ajang pentas dalam dan luar negeri, seperti belum lama ini pentas di Jepang.”

“Selain aktif di altar peran, Iona tak beda dengan anak-anak seusianya. Ia melakukan aktivitas gambar atau bermain yang ia sukai. Puzzle, Lego, misalnya. Ia suka bermain yang problemnya solving. Membangun sesuatu dan menyusun sesuatu. Kami berpendapat permainan ini mengasah kesabaran dan memupuk Iona punya daya kreatif dan usaha. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka ia berusaha dengan sabar dan tekun. Ini melatihnya tidak mudah bosan.”

“Sebagai orangtua kami menyadari bahwa pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan daya pikir, bahkan mungkin karakter anak itu, besar. Ada positif namun banyak juga pengaruh yang negatif. Maka kami tidak memberikan gadget kepadanya. Medianya hanya televisi, dan ponsel. Ipad hanya sesekali. Kalau itu memang dibatasi.”

“Tentu sebagai orangtua kami berharap Iona bisa menggapai cita-cita setinggi-tingginya. Yang pasti sesuai dengan apa yang disukai. Sikap kami menfasilitasi dan mendampingi Iona selalu. Biarkan ia menjadi pribadi yang terbuka, santun dan konsen dengan apa yang sukai itu.”

Berprestasi di Sekolah dan Suka Menari

Fathur Rojib
, seniman lukis asal Sidoarjo ini memiliki anak perempuan berusia 9 tahun , dengan kisah yang tak kalah unik. “Rembulan Suci Di atas Savana, nama itu saya berikan kepada Savana dengan harapan dalam setiap doa, putri saya ini akan bertumbuh dan berkembang menjadi perempuan yang bermartabat tinggi, memiliki sikap yang indah dan hidupnya menerangi banyak orang. Ia akan berwawasan luas seperti halnya padang Savana.”

Savana bersama ayah tersayang. Ist

“Dari kecil saya bebaskan ia memilih ruang kegiatan yang ia sukai. Yang selalu saya ingatkan jangan lupa belajar dengan baik dan berpikir untuk sesuatu yang berarti. Puji syukur rapor bayangan pertiga bulan, stabil. Hampir di setiap mata pelajaran nilainya 9. Itu indikasi kepada saya bahwa Savana punya konsentrasi yang stabil menyikapi tugas dan tanggungjawabnya. Makanya ketika ia enggan ke sekolah karena tubuhnya kurang sehat misalnya, saya izinkan istirahat sehari di rumah, agar kesimbagan jiwa dan raganya tak jenuh.”

“Sejak kecil Savana dibebaskan memilih kegiatan apa yang ia sukai. Saya seniman lukis. Saya hidup dari karya seni itu, tapi tak sekalipun saya mengharuskan Savana untuk memilih materi seni yang sama dengan saya. Ia bebas memilih. Ternyata ia lebih suka dunia tari. Ya, Savana suka menari. Dia lakukan itu dengan senang hati, saya percaya dengan begitu maka  hasilnya akan lebih baik. Saya berharap untuk instansi terkait, jangan bebani anak dengan buku-buku pelajaran yang tebal, tak sesuai dengan tingkat kelas dan usianya. Itu hanya menjadi beban sang anak.”

“Dalam belajarpun saya bebaskan dia. Cukuplah belajar di sekolah, anak sudah lelah, kecuali ada PR, atau les privat. Nah, memang ia harus punya konsentrasi terhadap itu. Dalam mendidik Savana, saya tak menemukan kesulitan yang berarti. Saya nasehati, saya ajak diskusi jika dia menemukan kesulitan di pelajarannya. Sikap saya itu bisa dipahaminya dengan baik. Sebagai orangtua yang single parent saya jadikan Savana sahabat.”

“Savana selalu bertanya tentang karya lukis saya. Mengapa harus melukis ini atau itu. Saya jawab sesuai dengan tingkat pola pikir anak. Kini Savana sudah kelas 3 SD. Harapan saya ke depan, apapun karyanya nanti, ia tetap menjadi dirinya sendiri. Semoga Savana bisa bertumbuh dan berkembang dengan kepribadian yang baik. Jika menjadi penari, tentu menjadi penari yang baik. Dari setiap gerak tubuh dan juga olah pikir akan selalu menyiratkan jati dirinya. Talenta yang dikaruniakan Tuhan dengan nilai akademiknya yang seimbang, sudah merupakan jalan terang bagi Savana. Itu yang terus saya pantau dalam saya mendidik putri saya ini.”

Multi Talenta
Adalah Herry W. Nugroho, orangtua dari Asyam Akila Pratisara (11 tahun), pun menyimpan kisah tak kalah menarik. “Kami berikan ruang penuh untuk anak berkreasi dalam pengembangan potensinya. Tentu tanpa adanya paksaan atau kehendak orangtua. Kami hanya mendampingi kegiatan anak yang ia sukai, dengan begitu ia bisa menentukan potensi dirinya.”

Asyam (kedua kiri) berfoto dengan keluarga bahagia. Ist

“Memang kami berharap ia bisa mengoptimalkan potensi itu namun sekaligus tak lepas dari dunia anaknya. Dengan potensi yang dioptimalkan itu dimaksudkan anak menjadi berani berkomunikasi, mengenal dirinya dengan baik. Kami bersyukur dia bisa menjadi role untuk teman-temannya.”

“Asyam kini semakin tekun di dunia pentas teater. Semula pola yang saya terapkan dalam mengasah kepekaannya, saya ajak Asyam ke ruang diskusi, ngobrol dengan lingkungan di mana ia berada.  Dengan begitu anak bisa mempelajari persoalan yang muncul dan berbagi pendapat untuk solusi jika memang dibutuhkan. Begitu juga sebagai anak sulung ia diajari bagaimana mengayomi adik-adiknya.”

“Mengapa Asyam masuk dalam dunia teater, karena kami berharap dia bisa memupuk percaya dirinya, mengenal diri sendiri dan mempertebal rasa tanggungjawab. Terlepas nanti anak ini mau memilih jalan lain atau tetap berkegiatan di dunia teater. Itu pilihannya. Dia akan bertanggungjawab atas pilihannya itu.”

“Asyam berkonsentrasi baik di dunia teater, ketika ia pentas di dalam dan luar negeri. Kami syukuri semua itu, yang pasti dia lakukan semua itu dengan happy. Begitu juga ketika ia harus menekuni kulinernya. Asyam sangat konsen dengan masakan yang menggunakan keju. Ia sudah bisa mencari uang jajannya sendiri dengan berjualan minuman dan soto daging. Soal hobi masaknya itu ia menyeletuk jika sudah dewasa ingin menjadi chef. Itu pun kami tanggapi dengan baik, sebab dari kecil sudah terlihat sisi tanggungjawabnya.”

Selain bersekolah Asyam ikut kegiatan di luar, antara lain sebagai delegasi Konferensi Forum Siswa Bergerak Indonesia (KFSBI) Kemendikbud Tahun 2022. Tahun 2019 ia juga aktor dalam  pementasan Teater Sang Saka, karya dan Sutradara Herry W Nugroho. Tahun 2022 menjadi aktor juga di drama Opening Act Grand Final Turnamen Bola Voly. Dan belum lama ini Asyam kembali dari Jepang, turut pentas bersama Teater Tanah Air pimpinan Jose Rizal Manua.”

Kehebatan jasmani bagaikan kebanyakan minuman, akan menjadi hambar setelah sekian lama. Jiwa dan karakter bagaikan sebotol anggur, semakin lama disimpan di tempat yang benar, dengan kemasan yang prima hasilnya akan bagus pula. Demikian juga jiwa dan roh anak. Penanganan orangtua yang benar akan membuat ia bertumbuh dan bersemi dengan indah.

Tak bisa dihindari, semua berangkat dari rumah. Tabur tuai itu pasti terjadi. Orangtua dalam mendidik putra-putrinya memang diperhadapkan dengan pilihan. Peganglah baik mereka. Bukankah mereka adalah mahligai bangsa, dan akan menjadi generasi penerus bangsa ini yang gemilang. (Martha Sinaga)

About Gatot Irawan

Check Also

Setelah Satu Dasawarsa…

Oleh Martha Sinaga Jakarta, NextID – Banyak orang berpendapat memulai sesuatu pekerjaan itu menemui kesulitan hanyalah …

Leave a Reply