Home / Business / “Traceability” dan Petani Kopi Indonesia
Dalam diskusi yang dipandu Yulivia dari Gamal Institute dibicarakan tentang sistem dan manfaat tracebility. Bagaimana negara-negara pengimpor memberikan persyaratan tentang tracebility. Ist

“Traceability” dan Petani Kopi Indonesia

Jakarta, NextID – Pada tanggal 2 Juni 2022 Gamal Institute telah menyelenggarakan webinar mengenai peranan traceability  (ketelusuran) dalam produksi kopi. Sebagaimana diketahui industri-industri dengan sumber daya terbatas, seperti industri supply chain kopi global seringkali menjadi korban dari standar akuntansi dan asal muasal barang yang tidak jelas. Hal ini menyebabkan munculnya praktik-praktik yang tidak adil dan keragu-raguan dari konsumen.

Pelacakan untuk mengetahui asal-usul dan keaslian kopi menjadi topik yang menarik di mancanegara apalagi didalamnya terkait isu kesejahteraan petani, lingkungan hidup dan masalah perdagangan itu sendiri. Nah ini…

Dalam diskusi yang dipandu Yulivia dari Gamal Institute dibicarakan tentang sistem dan manfaat tracebility. Bagaimana negara-negara pengimpor memberikan persyaratan tentang tracebility. Terakhir apa yang perlu dilakukan petani kopi Indonesia.

Diskusi membahas paparan Bagas Hapsoro – Tim Asistensi Diplomasi Kopi, dan Suryono selaku CEO PT Alko Koerintji. Disampaikan para nara sumber, saat ini semakin banyak masyarakat yang mengapresiasi nilai kopi. Tidak dapat dipungkiri keinginan penggemar kopi tentang pentingnya keaslian produk komoditi tersebut.

Terdapat laporan dari Fairtrade Foundation tahun 2021. Di situ tercatat, supply chain kopi memiliki karakteristik yang kompleks karena biji kopi melalui banyak tangan, dimulai dari petani, pedagang, pabrik, eksportir, roaster, pengecer, sampai akhirnya sampai kepada konsumen.

Perlu diketahui, Indonesia merupakan negara penghasil dan eksportir kopi terbesar keempat di dunia. Sebanyak 96% dari total kopi yang diproduksi berasal dari petani kecil yang tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mencatat produksi biji kopi mereka sebagaimana mestinya. Hal ini membuat para petani dan konsumen kopi rentan terhadap manipulasi oleh para pemangku kepentingan lebih besar dalam supply chain.

”Kita perlu mengetahui keinginan dan selera konsumen di mancanegara. Indonesia yang memiliki single origins kopi terbanyak di seluruh dunia dan mempunyai varietas kopi spesialti. Ini merupakan keunggulan tersendiri dalam menggarap pasar baik di luar negeri maupun di dalam negeri,” ujar Bagas  dalam paparannya.  

Peningkatan konsumsi kopi domestik merupakan suatu peluang yang harus dimanfaatkan Indonesia. Produktivitas dan efisiensi proses produksi melalui teknologi akan meningkatkan ekspor kopi Indonesia. ”Keaslian akan menjamin kepercayaan dari konsumen,” tandasnya.

Potensi lain yang dimiliki Indonesia adalah indikasi geografis yang mendapat pengakuan internasional. Menurut UU No. 20 tahun 2016 tentang Merk dan Indikasi Geografis, saat ini 17 wilayah telah diakui daerah paten, antara lain Kopi Arabika Sumatera Koerintji. Guna mencegah pemalsuan produk kopi maka teknologi ketelusuran diyakini dapat membantu konsumen dan produsen dalam memastikan keaslian kopi.

Saat ini 17 wilayah telah diakui daerah paten, antara lain Kopi Arabika Sumatera Koerintji. Ist

Fungsi Traceability

Suryono, CEO PT Alko Kerinci menyatakan,  ALKO memberikan pengetahuan dan teknologi agribisnis kepada para petani kopi di kawasan Gunung Kerinci, dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi, kualitas dan nilai produk mereka, dan untuk memperluas pasar global (ekspor), pelestarian alam, dan pemberdayaan masyarakat.

Menurutnya, ALKO secara konsisten memberdayakan kegiatan masyarakat, salah satunya dengan mengadakan pelatihan gratis bagi petani tentang kopi GAP (Good Agriculture Practice), mulai dari pola tanam hingga pasca panen, termasuk melakukan pendampingan usaha kepada kelompok tani wanita di bawah persatuan.

”Sampai sejauh ini kami menghimpun dan membina 512 petani yang mencakup 416 hektar dari total luas lahan pertanian di 24 desa. Yang menarik, Perkumpulan Kopi Alam Koerintji memberikan informasi pangsa pasar dan harga komoditas kopi kepada para petani kopi di Kerinci,” sebut Suryono.

Dalam paparannya, PT Alko menerapkan konsep tranparansi dari hulu ke hilir dengan di dukung teknologi blokchain tracebility sehingga konsumen mengetahui dari mana sumber kopi yang di minum serta siapa petaninya secara riil. Pada tahun 2021 PT Alko memasok  Starbucks sebesar 300 ton, Royal Coffee USA, Perancis Cafe 60 ton, Norwegia dan Selandia Baru, Australia, Malaysia, Singapura dan Italia.

“Bulan lalu April 2022 sebanyak 8 ton biji kopi arabika yang ditanam warga di Solok Selatan diekspor ke Jepang. Ini merupakan realisasi dari komitmen kami dalam membina petani dan menyediakan pasar ekspor kopi. Kegiatan tersebut merupakan ekspor perdana Alko dari pelabuhan teluk Bayur Padang ke Jepang yang mana kontrak Alko dan pihak di sana sebanyak 150 ton,” jelasnya.

Suryono menambahkan, selain menjembatani petani dengan market, saat ini PT Alko tengah mengembangkan teknologi blokchain. Melalui mekanisme blokchain, konsumen bisa tahu perjalanan kopi, mulai dari asalnya hingga sampai di kedai kopi. “Konsumen bisa tahu keaslian kopi, ditanam oleh siapa, ditanam di daerah mana dan bahkan sampai ke informasi kapan buah kopi dipanen,” kata Suryono.

“Dengan adanya teknologi blokchain ini, pembeli percaya kepada kita untuk memproduksi kopi. Ini adalah upaya dalam transparansi produksi kopi sehingga keaslian kopi terjamin,” imbuhnya.

Diskusi berlangsung secara interaktif. Terlihat beberapa petani kopi, koperasi  dan perusahaan pengeskpor kopi tertarik dengan metode sistem pendidikan petani untuk teknologi blockchain. Suryono menyatakan, pendidikan ini relatif murah. Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu cepat.

Dalam perbincangan terlihat keinginan para petani untuk lebih mengetahui tentang sistem blockchain, di mana  konsumen dapat mengakses asal-usul biji-biji dengan serangkaian informasi yang dibuat untuk mereka. Yang perlu dilakukan, cukup memasukkan kode QR pada produk kopi tersebut. Informasi penting dapat dilihat di seluruh rantai pasokan dengan menampilkan etalase petani di platform untuk memungkinkan pembeli terhubung dengan petani. 

Para pemerhati kopi yang hadir juga mengapresiasi peranan perwakilan RI dalam mempromosikan kopi premium dan spesial. Upaya cupping coffee di berbagai Perwakilan RI dan kolaborasi dengan mitra lokal (yaitu importir, roasters, universitas, mahasiswa kopi, konsultan kopi) juga membuahkan hasil. Para peserta webinar mengharapkan bantuan dan fasilitasi kementerian teknis, terkait program pendidikan dan peningkatan kapasitas tentang kopi yang dirasakan bermanfaat bagi petani dan eksportir kopi.

About Gatot Irawan

Check Also

Peugeot 9X8 Kini Beraksen Livery Dahsyat

Jakarta, NextID – Setelah musim pertama Kejuaraan Ketahanan Dunia FIA di Le Mans dan podium …

Leave a Reply