Home / LifeStyle / Leisure / Corp / Peluncuran Buku Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara
Buku ini bisa menjadi food for thought yang mencoba merefleksikan bagaimana diplomasi itu bekerja. Teori yang diperoleh dari pendidikan dan kecepatan melakukan tindakan di lapangan masih belum cukup. Ist

Peluncuran Buku Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara

Jakarta, NextID – Bertempat di Gedung BPPK Kemlu pada 10 Maret 2021 telah berlangsung acara virtual berupa ”Debriefing dan Peluncuran Buku Diplomasi Indonesia,” yang menampilkan sebuah buku yang ditulis oleh 17 (tujuh belas) diplomat Indonesia alumnus Sekolah Dinas Luar Negeri Angkatan X atau dikenal dengan Sekdilu X lulusan tahun 1984.

Secara keseluruhan buku terdiri dari 21 (dua puluh satu) tulisan. Adapun 3 (tiga) orang di antara kontributor penulisan juga menjadi editor, yaitu Agus Sriyono, Darmansjah Djumala dan Bagas Hapsoro.

Darmansjah Djumala, saat ini menjadi Dubes/Wakil Tetap RI di Wina. Ist

Dr. Darmansjah Djumala yang saat ini menjadi Dubes/Wakil Tetap RI di Wina menyampaikan, gagasan awal penerbitan buku tersebut dilandasi oleh keinginan para penulis untuk berbagi pengalaman dan memberi kontribusi  pemikiran bagi masa depan diplomasi Indonesia.

Buku tersebut diberi judul ”Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara” mengingat pengalaman yang diperoleh dan digali saat mereka ditugaskan sebagai diplomat di berbagai negara. Mungkin pengalaman masa lalu belum tentu relevan dengan tuntutan jaman saat ini, namun hakikat tujuan diplomasi masih sama: memperjuangkan kepentingan nasional.

Secara singkat isi buku dijelaskan oleh A Agus Sriyono, Dubes RI di Vatican (2016-2020).  Topik yang dibahas adalah mengenai pembagian isu, dimulai dari isu kewilayahan: Asia, Pasifik, Timur Tengah, Amerika, dan kemudian Eropa. Tulisan yang bersifat cross-regional ditempatkan pada bagian akhir buku.

Kemudian 6 (enam) fungsi dari diplomasi termasuk yang menjadi bahasan buku. Setiap topik yang dibahas dipetik dan digali dari pengalaman paling berharga selama masa kerja para penulis di Kementerian Luar Negeri dalam kurun waktu tahun 1985 sampai sekarang. Sangat diperlukan kerjasama dan kolaborasi para pelaku diplomasi, mahasiswa, peminat isu-isu hubungan internasional, dan masyarakat luas pada umumnya.

Giliran berikutnya adalah ekspektasi dari diterbitkannya buku Diplomasi ini. Bagas Hapsoro yang pernah menjadi Dubes di Swedia (2016-2020) menjelaskan harapannya, buku ini bisa menjadi bahan penelitian, masukan atau feedback penting bagi civitas academica dan masyarakat umum, mengingat buku ini adalah bersifat praktis. Sementara civitas academica adalah dalam tataran akademis.

Buku ini bisa menjadi food for thought yang mencoba merefleksikan bagaimana diplomasi itu bekerja. Teori yang diperoleh dari pendidikan dan kecepatan melakukan tindakan di lapangan kiranya masih belum cukup. Kedekatan ke semua pihak dan konsultasi terus-menerus adalah suatu keniscayaan, agar misi itu berhasil. Agar kita bisa maju tentunya hasil dari diplomasi itu harus menjadi bahan penelitian.

Diplomat Unik

Menarik kata sambutan yang diberikan Menlu Retno Marsudi pada Buku tersebut. Disampaikan, diplomat mempunyai penugasan unik. Hal ini mengingat karakter tugas diplomat dalam pelaksanaan tugasnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Bersinggungan dengan berbagai macam isu dan harus bekerja sama dengan berbagai macam profesi, demi tercapainya kepentingan nasional adalah kepingan pengalaman yang berharga.

Retno menyampaikan, penggalan pengalaman dan pengetahuan diplomat selama melaksanakan tugasnya itu baik untuk diketahui publik, khususnya bagi masyarakat yang berminat terhadap diplomasi, hubungan internasional, dan politik luar negeri.

Salah satu editor dan penulis buku ini; Bagas Hapsoro. Ist

”Dalam upaya berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada publik, saya menyambut baik diterbitkannya buku kumpulan tulisan alumni Sekdilu X ini. Saya menghargai niat baik dan kerja keras para alumni Sekdilu X yang berbagi dan berusaha menjelaskan politik luar negeri dan pelaksanaan diplomasi dalam tataran praktis,” kata Menlu perempuan pertama Indonesia ini.

Mengingat sebagian besar dari Sekdilu X telah memasuki purna tugas, buku tersebut juga dimaksudkan sebagai persembahan dan ungkapan terima kasih mereka kepada para seniornya, segenap pejabat dan jajaran di lingkungan Kementerian Luar Negeri, serta keluarga penulis, yang telah memberi dukungan selama mereka bertugas di Kementerian Luar Negeri.

About Gatot Irawan

Check Also

Setelah Satu Dasawarsa…

Oleh Martha Sinaga Jakarta, NextID – Banyak orang berpendapat memulai sesuatu pekerjaan itu menemui kesulitan hanyalah …

Leave a Reply