Banyuwangi, NextID – Guna meningkatkan promosi Taman Nasional (TN), selama dua hari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya berkunjung ke 3 (tiga) lokasi Taman Nasional (TN) yang ada di Jawa Timur. Pada hari pertama, Minggu (27/3/16), Siti Nurbaya berkunjung ke TN Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi dan TN Baluran di Kabupaten Situbondo, dilanjutkan hari berikutnya ke TN Bromo Tengger Semeru yang berada lintas kabupaten yaitu kabupaten Pasuruan, Malang, Probolinggo dan Lumajang.
Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Hal ini sebagai upaya pelestarian flora dan fauna di kawasan pelestarian alam pada kawasan konservasi.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). TN Alas Purwo juga merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), serta satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).
Pada saat kunjungan ke TN Alas Purwo, Siti Nurbaya sangat mengagumi padang gembalaan Sadengan, tempat banteng-banteng dan rusa liar mencari makan. Tak jauh dari situ juga terdapat pantai Triangulasi yang indah, dengan hamparan pasir putih. Pada kesempatan tersebut, Siti Nurbaya dan rombongan berkesempatan melepas 120 ekor tukik, penyu sisik dan penyu belimbing di pantai Triangulasi yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Sadengan. “Prinsip pengelolaan taman nasional adalah penguatan konservasi untuk mendukung ekonomi, taman nasional sebagai kawasan konservasi juga dapat berfungsi sebagai tempat wisata,” ujarnya.
Menurut situs resmi Taman Nasional Alas Purwo, Sadengan merupakan lokasi yang dipilih dalam pengelolaan sebagai habitat bagi para satwa termasuk Banteng dalam merumput/mencari makan dan berinteraksi. Di Sadengan waktu terbaik untuk mengamati Banteng yaitu pagi sekitar pukul 06.00 WIB – 09.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 15.30 WIB – 17.00WIB.
Beragam jenis satwa beraktivitas di padang penggembalaan Sadengan mulai dari beragam jenis burung, Kijang, Rusa, Banteng, Babi Hutan, Lutung dan lain-lain. Dari 302 jenis burung yang ada di Taman Nasional Alas Purwo beberapa family terdapat di Sadengan seperti Elang Jawa, Elang Ular Bido, Elang Ikan Kepala Kelabu, Elang Laut Perut Putih, Peregam, Srigunting, Ayam Hutan Merah, Jalak Putih, Bangau Sendang Lawe, Blekok Sawah, Merak Hijau,dan masih banyak lagi.
Sadengan dibagi kedalam blok-blok. Blok A1 seluas 7,29 Ha, Blok A2 seluas 15,60 Ha, Blok A3 seluas 14,20 Ha, Blok B1 seluas 13,17 Ha dan Blok B2 seluas 15,96 Ha, Blok B3 seluas 18 Ha dengan total luas pengelolaan Sadengan kurang lebih 84,220 Ha. Tujuan dari pembagian blok-blok ini adalah untuk mempermudah pengelolaan dan monitoringnya. Tiap-tiap blok mendapatkan perlakuan yang berbeda tergantung pada kebutuhan kawasan bagi masing-masing blok.
Selesai menikmati padang gembalaan dan pantai, Siti Nurbaya melakukan safari malam untuk mengamati rusa dan banteng di Taman Nasional Baluran, Situbondo, dengan waktu tempuh hampir 2 jam dari TN Alas Purwo. Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.
Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran. Terdapat 444 jenis tumbuhan dan 26 jenis mamalia di Baluran diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus).
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran. Melihat populasi Banteng di TN Baluran yang terus mengalami flkutuasi, dan pada beberapa tahun terakhir cenderung mengalami penurunan akibat perburuan liar, predasi, menurunnya kualitas dan kuantitas habitat. Siti Nurbaya mendorong TN Baluran untuk meningkatkan populasi Banteng di habitat alami, mengembangbiakan Banteng secara semi alami serta meningkatkan kualitas genetik Banteng yang ada di Taman Nasional Baluran.
Selesai mengunjungi TN Baluran, malam harinya rombongan melanjutkan perjalanan ke TN Bromo Tengger Semeru yang menempuh perjalanan hampir 5 jam. Setelah melepas lelah 2 jam di sebuah hotel dekat Taman Nasional, Senin dini hari Siti Nurbaya beserta rombongan bergerak menuju Penanjakan untuk menyaksikan matahari terbit. Sungguh pemandangan yang menakjubkan dan luar biasa melihat matahari terbit dengan hamparan gunung-gunung dan padang pasir yang luas, kawah Bromo yang masih mengeluarkan asap dan masih diselimuti awan pagi hari.
Dari kunjungan ketiga lokasi Taman Nasional tersebut, Siti Nurbaya menegaskan, rangkaian kawasan konservasi yang ada di Jawa Timur mulai dari Alas Purwo, Baluran, Kawah Ijen, Meru Betiri, dan Bromo-Tengger-Semeru harus dilihat dalam konteks pengembangan wilayah. Kota Surabaya, Malang, Probolinggo, Pasuruan dan Banyuwangi merupakan satu konektifitas dengan kawasan taman nasional dan kawasan konservasi. “Konservasi tersebut juga harus dilihat dari sisi peningkatan ekonomi lokal. Pengembangan kawasan konservasi yang baik tentu juga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara,”, ucapnya.