Jakarta, NextID –Berbagai iklan produk barang dan jasa mendera masyarakat melalui berbagai platform media. Ajakan untuk berbelanja menggema sejak orang bangun tidur, beraktivitas, hingga saat kembali ke rumah.
Tak heran, orang pun kian konsumtif. Budaya ini mengendap dan mengiringi perjalanan generasi millenial, generasinya orang-orang yang lahir dalam kurun tahun 1980 sampai dengan 2000. Bagaimana perilaku belanja generasi ini?
Menurut riset berbasis media sosial lembaga independen Provetic, 41% dari 7,809 perbincangan mengenai alasan utama menabung adalah untuk membeli tiket konser menonton musisi yang mereka idolakan dan untuk rencana wisata mereka.
Riset ini digelar sejak 1 Desember 2015-31 Januari 2016. Fokus riset tentang perilaku generasi milenial dan karakter mereka dalam hal keuangan.
“Ternyata bagi generasi millenial, menabung tidak hanya bertujuan untuk hal-hal besar saja seperti untuk tujuan memiliki rumah atau ibadah umroh, tapi juga untuk pembelanjaan yang bersifat konsumtif, seperti halnya membeli tiket konser musik atau untuk keperluan wisata,” ujar CEO Provetic Iwan Setyawan, awal Maret lalu.
Temuan menarik lainnya, 38% dari 7,757 responden masih menggunakan uang dari ibu atau orang tua mereka dalam melakukan metode pembayaran, selain penggunaan kartu debit yang populer.
“Menggunakan uang orang tua adalah jalan pintas yang mudah diambil ketika berhadapan dengan masalah keuangan, bagi generasi millenial. Hal ini tentunya mengejutkan dan dari sini kita dapat melihat bahwa generasi millenial masih kurang menganggap penting manfaat perencanaan keuangan bagi masa depan mereka,” jelas Iwan.
Hal senada juga ditemukan oleh survey online yang dilakukan oleh Facebook serta dilaksanakan oleh Crowd DNA dalam pengawasan Facebook, terhadap 1,000 respondennya yang berusia 13-24 tahun. Sebanyak 79% dari responden masih memikirkan mengenai pentingnya menabung bagi masa depan mereka, namun hanya 62% yang benar-benar sudah merencanakan masa depan mereka secara detil.
“Kita berhadapan dengan satu generasi yang ingin segala sesuatunya harus serba instant, tanpa harus menunggu. Mereka ingin segala seuatu terlaksana dan tercapai dalam waktu singkat, tanpa harus melalui satu proses yang panjang. Ini tentunya berbeda dengan generasi–generasi sebelumnya yang sangat menghargai terjadinya suatu proses, sebelum terjadinya satu pencapaian tertentu,” ucap Yoris Sebastian, pemasar kreatif dari OMG Consulting,
“Ketika generasi millenial ingin berbelanja tentunya juga harus cepat dan bisa langsung mendapatkan barang yang dimaksud. Hal ini membuat tumbuh suburnya aplikasi mobile shopping baik dalam bentuk market place seperti tokopedia, bukalapak, elevenia maupun online retail shopping seperti Lazada dan Zalora,” jelas Yoris.
“Generasi ini menjadi sangat bebas memilih dari begitu banyak, kalau tidak mau dibilang terlalu banyak pilihan, tak heran bila mereka menjadi begitu pragmatis,” dia menambahkan.
Ini juga membuktikan bahwa demand yang tercipta dari generasi millenial, memacu kemajuan teknologi dengan makin bertumbuhnya berbagai macam mobile app. Itu ditujukan untuk memenuhi demand generasi millenial.
Ketertarikan generasi millenial pada kemajuan teknologi, juga terlihat dari hasil survey Facebook, di mana 73% menyatakan tertarik untuk mengikuti kemajuan teknologi dibandingkan pembicaraan mengenai musik (71%) dan keluarga (68%). Bahkan 90% dari responden, menyatakan bahwa mereka selalu berhubungan dengan teman-teman melalui teknologi.
Karakter generasi millenial yang serba konsumtif dan kurang memiliki perencanaan keuangan yang baik, tentunya harus diberikan solusi. Solusi ini terutama melalui kemajuan teknologi, yang sangat dekat dengan minat dan keseharian mereka. Untuk itu kebutuhan akan hadirnya teknologi pengaturan keuangan yang cepat, mudah dan pintar, baik sangat dibutuhkan oleh generasi millenial.
Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua pemangku kepentingan baik pelaku industri keuangan maupun non-keuangan untuk menciptakan satu ekosistem yang dapat membantu generasi millenial untuk mengatur keuangannya secara tepat, cepat, mudah dan aman.
Dengan demikian , daya beli generasi millenial akan meningkat secara bertahap sesuai pertambahan usia dan pendapatan mereka. Niscaya, kemajuan teknologi yang pesat dapat menjawab kebutuhan generasi milenial akan pengaturan keuangan.
“Budaya konsumtif yang dimiliki oleh generasi millenial harus diimbangi dengan pengaturan keuangan yang tepat, sehingga produktivitas dari generasi millenial tidak terganggu, malah meningkat dan makin memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sekitarnya,” kata Chef Nanda Hamdalah, juru masak independen
“Generasi millenial yang sangat antusias terhadap teknologi, pastinya mendambakan solusi bagi berbagai masalah hidupnya, terbantu oleh teknologi, misalnya dalam mobile app. Hal ini harus dapat dilihat jeli oleh para pelaku industri agar tidak terjadi fenomena senjakala, karena keengganan beradaptasi dengan kemajuan teknologi,” kata Alfatih Timur (Timmy), Founder Kitabisa.com.