Pekanbaru, NextID – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berupaya mencegah sejak dini terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di beberapa provinsi rawan kebakaran di Sumatera dan Kalimantan. Riau adalah provinsi paling terdampak karhutla setiap tahun. Untuk itu Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api (MPA) Kementerian LHK terus mengadakan sosialisasi, memantau hotspot, patroli lapangan dan jika ditemukan titik api langsung dipadamkan.
Tenaga Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan pada Daops Manggala Agni lingkup KLHK di Riau dan Riau Kepulauan tergabung dalam 5 Daops di wilayah Batam, Pekan Baru, Siak, Dumai dan Rengat. Tiap Daops memiliki 2 sampai 4 regu dengan jumlah personil 26 sampai 53 anggota. Total Manggala Agni di Riau dan Riau Kepulauan 213 personil termasuk 15 perempuan. Seluruh Indonesia terdapat 121 Daops dan 1793 personil Manggala Agni serta 393 SMART (Satuan Manggala Agni Reaksi Taktis).
Di Riau terdapat 89 desa rawan kebakaran, disebabkan sebagian besar wilayahnya gambut. KLHK telah menyiapkan 69 Posko Patroli Karlahut Terpadu Terukur yang terdiri dari Manggala Agni, TNI, Polri, LSM serta masyarakat. Tiap regu terdiri dari 6 orang yang dilengkapi Android dengan aplikasi peta rawan kebakaran terkini, informasi hotspot, dan informasi pergerakan anggota tim. Dengan aplikasi Android ini memudahkan masing-masing anggota untuk saling memberi dan menerima informasi, berkoordinasi, serta melakukan antisipasi kebakaran sedini mungkin sehingga semua aktifitas dapat terukur.
Menurut Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar KSDAE Kementerian LHK Riau Supartono Yusuf, Posko Patroli Karlahut Terpadu Terukur telah mulai bekerja sejak 3 Maret lalu dengan sosialisasi langsung ke masyarakat yang sedang melakukan aktifitas perladangan, berkebun, memancing, membuka lahan dan kegiatan masyarakat lainnya yang berpotensi menimbulkan kebakaran.
“Kami memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak merokok sembarangan, mematikan api puntung rokok benar-benar padam dan jangan membuang sembarangan. Jangan membakar sampah tetapi menimbunnya ke dalam tanah. Membagi-bagikan selebaran informasi dan mengingatkan masyarakat bahwa menyebabkan kebakaran lahan melanggar hukum dan di denda milyaran rupiah,” papar Supartono, Kamis (10/3), di sela kegiatan.
Pada kesempatan tersebut Supartono juga menjelaskan, informasi titik hotspot yang tertangkap satelit bukanlah kebakaran tapi baru merupakan titik panas karena suatu benda terkena cahaya matahari yang sangat ekstrim sehingga menimbulkan panas yang sangat ekstrim juga pada benda tersebut, seperti bebatuan, tanah lapang, ilalang, sampah kering, seng atap rumah, atau benda-benda lainnya. Dari informasi hotspot inilah tim posko menindaklanjuti mendatangi daerah tersebut untuk melakukan pencegahan dini agar jangan sampai terjadi kebakaran seperti menyiram dengan air, menimbunnya ke dalam tanah, dan sebagainya. Apabila terjadi kebakaran kecil, anggota segera memaksimalkan kerja pemadaman dini dengan peralatan yang sudah disiapkan.
Untuk memperkuat Posko, BBKSDA Kementerian LHK juga memperkuat dengan Patroli Gajah, seperti di daerah Minas. DAOPS Pekan Baru menggunakan 5 gajah untuk mengangkut peralatan dan logistik masuk wilayah yang tak terjangkau dengan kendaraan. Namun gajah-gajah ini tidak dapat membantu melakukan pemadaman karena gajah sangat sensitif terhadap panas. (tot)